Connect with us

SUARA PEMBACA

Malaikat Penerang Hidup

Published

on

Penulis: Atria Rainindraeni.

SETIAP manusia pasti memiliki seseorang yang berharga dalam hidupnya. Seseorang yang mampu membuat hidup lebih berarti atau bahkan menjadi tujuan hidup. Begitu pun denganku. Aku terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Tidak ada yang menarik dari hidupku. Namun, ternyata Tuhan memberiku satu anugrah terindah, malaikat yang setiap saat menyinariku dengan kasih sayangnya.

Awalnya aku merasa kehilangan kasih sayang orang tua sejak Papa pergi menghadap Yang Maha Kuasa. Kepergian Papa membuat Mama meninggalkanku dan menikah dengan orang lain. Kegiatan sederhana yang temanku lakukan bersama orang tuanya selalu membuatku iri dan sedih. Mereka liburan bersama, makan bersama, dan pergi megambil rapor bersama. Semua itu adalah hal yang tak dapat kulakukan.

Aku marah pada Mama yang lebih mementingkan keluarga barunya. Aku marah pada Tuhan yang merebut Papa. Aku marah pada diriku sendiri yang selalu iri pada orang lain. Sampai suatu ketika aku tersadar, aku masih mempunyai seseorang yang berharga. Seseorang yang mau merawatku dengan penuh kasih. Dia adalah nenekku.

Advertisement

Nenek yang menggantikan Mama merawatku sejak kelas satu SD. Walaupun Nenek tidak bisa datang ke acara sekolah atau menemaniku mengambil rapor karena tidak kuat naik tangga, dalam hal lain ia adalah yang terbaik. Ketika aku masih bersekolah, setiap pagi Nenek selalu membuat sarapan untukku, menyiapkan seragamku, dan menguncir rambutku. Nenek memang cerewet dan menerapkan banyak aturan tapi itu semua dilakukan demi kebaikanku.

Semula aku tidak menyadarinya, aku hanya fokus mencari sesuatu yang tidak ada dan menyalahkan keadaan. Ternyata kebahagiaan sesungguhnya sudah lama ada di depan mataku. Semakin usiaku bertambah, kerutan di wajah Nenek juga semakin banyak. Namun, ia tetap menjadi sosok yang kuat. Walaupun tidak menunjukkan secara langsung, nenek akan melakukan apa pun untuk kebahagiaanku.

Teman-temanku berkata, nenek adalah orang yang baik. Setiap mereka main ke rumah, nenek akan membelikan makanan dan mengajak mereka mengobrol. Aku terkadang bingung, usia nenek dan temanku jauh berbeda, tetapi obrolan mereka nyambung. Kalau aku bertanya ia akan menjawab, “karena nenek anggap teman kamu itu cucu nenek juga.” Nenek selalu mengingatkanku untuk selalu bersyukur. Perkataannya yang selalu aku ingat adalah, “kita gak perlu iri sama orang lain karena orang lain belum tentu punya apa yang kita punya. Setiap orang punya kebahagiannya sendiri.”

Tuhan, aku sangat beruntung diberikan seorang wanita yang kuat namun memiliki hati yang begitu lembut, malaikat yang menjadi penerang hidupku. Sampai saat ini belum ada yang bisa kulakukan untuk membalas semua yang telah ia berikan. Namun aku selalu berdoa, semoga nenek selalu diberi kesehatan agar kelak aku bisa membahagiakannya. ***

Advertisement
Continue Reading
Advertisement