Connect with us

NEWS

Program BMI Peduli: Dokter Caput Tanam Bawang Merah, Demplot di Subak Yangai Bungkulan

Published

on

Bungkulan.Jarrakpos.com.  DPC Banteng Muda Indonesia (BMI) Kabupaten Buleleng pimpinan DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, terus bergerak tak kenal waktu.

BMI yang merupakan organisasi sayap PDI Perjuangan itu benar-benar menjadi ujung tombak PDI Perjuangan dalam mengimplementasikan slogan PDI Perjuangan peduli wong cilik. Melalui Program BMI Peduli, BMI Buleleng yang segala aksi sosialnya (dana/anggaran kegiatan) didukung penuh oleh Ketua DPC BMI Buleleng DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, langsung turun ke masyarakat paling bawah seperti petani.

Kali ini, Jumat (23/9/2022), DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, yang akrab disapa Dokter Caput bersama sejumlah pentolan BMI Buleleng langsung turun ke Subak Yangai di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, melakukan penanaman bawang merah di lahan seluas 15 are. Penanaman ini merupakan demplot bawang merah binaan BMI Buleleng.

Setelah penanaman bawnag merah bersama krama Subak Yangai, Dokter Caput langsung melakukan peninjauan terhadap demplot budidaya sorghum binaan BMI di lahan mil ik Subak Pungakan seluas 40 are.

Advertisement

Bagaimana komentar Dokter Caput? “Ini bagian dari program kita dari BMI Peduli. Peduli terhadap petani menuju petani yang maju, mandiri dan modern. Kita turun ke sini berkumpul dengan subak-subak di wilayah Bungkulan, kelian-kelian subak di Kecamatan Sawan dan Kecamatan Kubutambhan, dan juga dengan Keltua Madya Subak Kabupaten Buleleng, dan beberapa petani, sekaligus ikut turun langsung melakukan penananman bawang merah, sekaligus melihat langsung hasil yang penanaman binaan untuk BMI sorgum,” jelas Dokter Caput di lokasi demplot bawang merah di Desa Bungkulan, Jumat (23/9/2022) siang.

“Sorgum yang kita lihat tadi sudah berumur 23 hari yang tentunya sangat sederhana. Sudah tumbuh, dan kitapun nanti agendakan untuk pemanenannya,” sambung Dokter Spesialisi Kandungan yang menduduki ranking teratas dari hasil survei kandidat Bupati Buleleng 2024 ini.

Ia menegaskan, dia bersama BMI Buleleng akan terus turun ke masyarakat terutama kantong-kantong pertanian untuk melakukan sosialisasi kemandirian pangan melalui pembudidayaan sorghum sebagai tanaman alternatif pengganti bahan pangan pokok padi/beras.

“Tentunya harapan kegiatan ini bagaimana kita terus mensosialisasikan, pertama bagaimana kemandirian pangan di Buleleng yang berkelanjutan. Tidak saja sosialisasi tetapi kita juga langsung turun mendampingi petani-petani kita, dan sekaligus nantinya dalam proses panen dan pasca panen pun kita akan selalu mendampingi. Itulah wujud kepedulian kita dari BMI yang merupakan organisasi sayap dari PDI Perjuangan, yang peduli terhadap wong cilik, peduli erhadap masyarakat kecil terutaa petani,” tandas Dokter Caput.

Advertisement

Menjawab pertanyaan wartawan, Dokter Caput menjelaskan, “Untuk daerah demplot, kita khususkan untuk disini dulu, daerah lain pasca sosialisasi pasti akan kita tindaklanjuti.”

BMI Buleleng mempunyai target khusus untuk melakukan sosialisasi tentang program ketahanan pangan dengan pembudidayaan sorghum di selurh kecamatan di Bali Utara ini. “Terus dlilakukan penjajakan di beberapa kecamatan seperti Seririt, Sukasada dan Sawan yang langsung kita turun. Dan di Bulan Oktober (sosialisasi) mungkin di Gerokgak, sehingga secara keseluruhan di Buleleng petani akan semakin bergairah karena jelas profesi petani akan semakin menjanjikan,” ungkapnya.

Dokter Caput yang merupakan jebol pasca sarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja itu mengaku sangat senang karena program BMI Peduli itu disambut antusias oleh para petani yang tergabung di subak-subak yang ada di Desa Bungkulan. “Tadi kita lihat petani sangat antusias sekali. Mulai ada semangat, gairah. Karena sebuah kegiatan adalah gairah itu sendiri. Ini luar biasa, sehingga kita BMI sebagai organisasi pun semakin semangat dan terus turun utnuk memberikan sosialisasi sebagai wujud dan jawaban atas program peduli kita terhadap petani,” ucap Dokter Caput penuh semangat pula.

Dii tempat yang sama, Ketua Majelis Madya Subak Kabupaten Buleleng, Ketut Astawa, mengungkap, “Demplot untuk bawang merah seluas 15 are dengan jumlah bibit 1,5 kuintal (150 kg), itu dibantu oleh DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG. Untuk proses penanaman sudah dimulai selama 2 jam sudah selesai. Umur untuk bawang merah dari tanam sampai panen itu 2 bulan 7 hari. Dan panen nanti, Pak dr Putra Sedana akan datang untuk panen.”

Advertisement

Sedangkan lahan yang dipakai untuk demplot budidaya sorghum, Astawan menyebutkan bahwa pihaknya menyiapkan 40 are untuk budidaya sorghum. “Untuk sorgum 40 are, juga dibantu oleh Pak Dr Ketut Putra Sedana, untuk demplot. Semuanya mungkin akan serentak saat pemanenan. Panen bawang merah, langsung panen sorgum. Lahan yang dipakai untuk bawang merah di lahan Subak Yangai dan sorghum di lahan Subak Pungakan. Total anggota sbak sekitar 60 orang,” urai Astawa lagi.

Astawa pun mengakui bahwa karma subak sangat senang dengan kegiatan demplot bawang merah dan sorghum di wilayah itu. “Krama subak merespon (kegiatan demplot) sangat bagus karena langsung menyentuh ke petani. Untuk sorghum, semua petani yang hadir hari ini antusias ingin menanam sorghum dan bawang merah,” ucap Astawa.

Pujian terhadap program BMI Peduli diucapkan oleh Ketua Majelis Alit Subak Kecamatan Kubutambahan, Nyoman Kistama yang ikut hadir dalam penanaman bawang merah itu. “Ya, bersyukur ada yang peduli, BMI Peduli, petani maju, mandiri dan modern. Dan akhirnya saya selaku Ketua Majelis Alit sangat-sangat merespon dengan turunnya tim peduli kepada petani. Pada akhirnya, mudah-mudahan ada peningkatan dari segi untung-untungan, dan dari segi ekonomi,” ungkap Kistama yang berasal dari Desa Bengkala itu.

Tanggapan budidaya sorghum? “Itu sangat positif sekali. Karena ini ikon tanaman yang ada di Buleleng. Itu sebenarnya tanaman yang lama akan tetapi akan sedikit musnah, padahal mempunyai nilai, dari ekonomi itu mempunyai nilai yang begitu tinggi. Hitung-hitungan gabah saja sudah Rp 5.000, nanti beras kisaran Rp 15.000, dan setelah tepung menjadi Rp 30.000. Kalau dilihat Buleleng ini agak panas sehingga sangat cocok untuk sorgum,” ungkapnya.

Advertisement

Apakah subak-subak di Kubutambahan siap menerima program BMI? “Yang pertama, siap tidak siap tergantung dari tim peduli ini memberikan suatu pemahaman, turun langsung ke bawah memberikan pemahaman kepada petani. Dengan pemahaman itu, pada akhirnya masyarakat tidak awam lagi, tahu begini semestinya, ini langkahnya kita ambil, begini hasilnya, dan akhirnya masyarakat akan siap melaksanakan program itu,” ucap Kistama.

Menariknya, dalam dialog dengan para pengurus subak dan petani, ternyata banyak masalah yang dihadapi subak yang disampaikan kepada Dokter Caput. Para pengurus subak mesadu kepada Dokter Caput dan diharapkan bisa membantu mengatasi kesulitasn yang dihadap subak karena selama ini Subak dianaktirikan oleh Pemerintah.(red /tim)