Connect with us

SUARA PEMBACA

Nyepi 2019 di Tahun Politik

Published

on


Penulis : Drs. I Putu Suasta, MA

Denpasar, JARRAKPOS.com – Tahun 2019 Umat Hindu di Indonesia merayakan Pergantian Tahun Saka 1940. Lahirnya Tahun Saka di India jelas merupakan perwujudan dari sistem astronomi Hindu. Pada tahun 79 Masehi, Raja Kariska mengangkat Sistem kata Saka menjadi kalender resmi kerajaan. Semenjak itu bangkitlah toleransi suku bangsa di India bersatu membangun masyarakat sejahtera. Pada abad 4 Masehi, ajaran Hindu dan sistem penanggalan dibawa ke Indonesia oleh pendeta bangsa Saka dari Gujarat dan mendarat di Rembang Jawa Tengah pada Tahun 456 Masehi.

Pada jaman Majapahit Tahun Saka benar-benar eksis menjadi kalender kerajaan. Bahkan di alun-alun Majapahit berkumpul seluruh Kepala Desa, prajurit, para sarjana, pendeta dan Baginda Raja. Topik yang dibahas adalah tentang peningkatan kualitas moral masyarakat. Perayaan Tahun Saka pada bulan Caitra ini dijelaskan dalam kekawin Negara Kerthagama. Di Bali, Tahun Baru Saka ini dirayakan dengan Hari Raya Nyepi berdasarkan petunjuk Lontar Sundarigama.

Baca juga : Jokowi Harga Mati, Dari Dagang Jaja Sampai LM3 Kompak Dukung Paket 01-1-5-6

Advertisement

Bagi Umat Hindu Nyepi merupakan waktu yang sakral sebagai titik perubahan pergantian waktu. Saat dimana umat Hindu merenungkan dan mengevaluasi dengan sungguh-sungguh perubahan kultural, ritual dan spiritual. Kosa kata Nyepi berarti sepi, hening, diam, berhenti dan sunyi. Di dalam pergantian tahun Saka ini, umat Hindu melakukan proptap Catur Brata Penyepian antara lain yakni Amati Geni berpantang menyalakan api, Amati Karya menghentikan kerja atau aktivitas fisik, Amati Lelanguan berpantang atau berhenti melakukan hiburan dalam semua manifestasinya serta Amati Lalungaan berhenti berpergian dengan semua tujuan yang ada.

 

Semua ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan terhadap penderitaan, meningkatkan kepekaan terhadap sesame umat manusia, lebih toleran terhadap perbedaan, meningkatkan kualitas spiritual, melepaskan sifat-sifat serakah dan non toleran yang melekat pada diri manusia. Bagi masyarakat umum, kehidupan sehari-hari sudah semakin sulit, daya beli menurun, problrmatika semakin sulit dan komplek, persaingan semakin ketat dan berliku, beban hidup dan biaya hidup semakin meningkat. Seperti biaya listrik per Kwh meningkat 30%, sandang pangan tanpa disadari meningkat 20%. Pasar global sudah masuk sampai di pelosok dengan internet, jadi persaingan di alam bebas dan dunia maya semakin terbuka. Tentu saja bagi yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan persyaratan ekonomi terbuka sudah pasti tersisih dan tersingkir.

Baca juga : “KERIS” Maju ke Senayan, Ratusan Sopir Bus se-Bali Kompak Usung Ismaya ke DPD RI

Advertisement

Sekarang ini adalah Tahun Politik, semua aktivitas dan energy masyarakat dengan aktivitas kampanye. Memasarkan calon legislatif di semua tingkatan, dan calon presiden pilihannya. Masyarakat Hindu di dalam proses Nyepi Tapa Berata Penyucian ini diminta untuk mawas diri. Sebagai upaya menghindari gesekan yang tidak perlu hanya dengan tujuan bela calon yang berbeda. Jangan sampai tumbuh permasalahan social dan kulture yang mampu memberikan dampak kerugian untuk jangka panjang. Momentum ini harus dimamfaatkan Caleg di hari Raya Nyepi untuk mengevaluasi diri apa yang sudah dilakukan dan apa yang akan direncanakan sepanjang masa kampanye yang berlangaung hampir setahun ini. Pastinya sudah banyak bekal logistik yang sudah dihabiskan.

Mesimakrama ke desa-desa, bahkan dalam satu titik ada yang harus mengeluarkan cost berkisar satu sampai sepuluh juta. Tabungan, deposito dan sertifikat tanah bisa saja sudah dipastikan berpindah tangan. Bahkan mungkin ada yang stabilitas rumah tangganya sudah terganggu. Semua Caleg baik itu petahana maupun yang baru nyaleg pastilah stress, membuat asam uratnya kambuh, kolesterolnya meningkat dan migren setiap saat. Hari raya Nyepi ini meningkatkan juga pengeluaran meteka kembali untuk tebar pesona di kantong-kantong pemilih. Hari Nyepi tahun 2019 ini merupakan putaran terakhir untuk mengamankan suara dan meningkatkan jumlah suara di semua Dapil. Semoga semua manusia di pergantian Tahun Saka ini menjadi lebih terbuka, toleran, lebih sensitif pada penderitaan sesama, memperkuat toleransi dan kerukunan di semua tingkatan. ***