Connect with us

INTERNASIONAL

Warga Nepal Ngaku Dilecehkan di Bandara Ngurah Rai, Imigrasi Diminta Segera Investigasi

Published

on


Badung, JARRAKPOS.com – Tersiarnya kabar perusahaan travel Samsara Holidays Pvt. Ltd melapor kepada Duta Besar Indonesia untuk Bangladesh dan Nepal terkait keluhan 10 orang warga Nepal mendapatkan pelecehan oleh Petugas Imigrasi saat mendarat di Bandara Ngurah Rai mendapatkan lerhatian dari banyak pihak. Bahkan Ketua PHRI Badung, IGN Suryawijaya meminta pihak Imigrasi mengusut tuntas masalah tersebut dengan serius. Imigrasi harus memastikan duduk persoalannnya karena jika wisatawan yang datang tidak melakukan pelanggaran, namun diperlakukan sebagaimana yang dikabarkan maka perlakuan yang diberikan dinilai tidak benar. “Kepala imigrasi harus segera menindaklanjuti ini dan apabila terbukti maka harus diambil tindakan tegas,” harap Suryawijaya di Badung, Senin (29/4/2019).

.

Ditegaskan adanya kasus tersebut sangat menganggu pariwisata Bali, sehingga harus diselidiki dengan serius agar jangan berkembang menjadi isu negatif. Langkah investigasi harus dilakukan untuk membuktikan apa yang sebenarnya terjadi. Karena bisa saja wisatawan yang dimaksud mendapatkan perlakuan tersebut karena masuk sebagai daftar pencarian orang (DPO) atau telah melanggar ketentuan ke Imigrasian. Suryawijaya juga mengungkapkan sempat mendapatkan informasi ada wisatawan yang sampai terluka dalam peristiwa tersebut. “Saya sangat prihatin dan menyanyangkan hal ini. Jika terjadi pada warga negara kita, pastinya kita akan protes dengan tegas. Karena itulah duduk permasalahan ini harus diperjelas,” harapnya.

Baca juga : Meski Dibackingi Oknum Pejabat, Satpol PP Segera Segel Villa Bodong Atas Nama “Nomine”

Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai, Amran Aris ketika dikonfirmasi terpisah mengatakan sedang melakukan penelusuran. Sehingga kalau memang petugasnya ditemukan melakukan pelanggaran maka yang bersangkutan akan diberikan sangsi. Terkait prosedur pemeriksaan terhadap wisatawan asal Nepal, pihaknya menyebutkan memang dilakukan secara ketat. Mengingat wisatawan asal Nepal maupun Banglades yang datang ke Bali tidak semuanya untuk berwisata. Bahkan sempat diketahui sebelumnya wisatawan dari negara tersebut ada yang datang untuk bekerja atau menjadikan Bali sebagai tempat transit saja untuk menuju negara lain sehingga pemeriksaan keimigrasian dilakukan dengan selektif. Baik terkait masa berlaku paspor atau sedang tidak dalam blacklist, pemeriksaan tiket, biaya hidup serta lokasi menginap. “Untuk Nepal memang diminta tiga syarat untuk diperiksa, seperti paspor masih berlaku, tiket dan biaya hidup maupun hotel menginap,” ujar Amran.

.

Diketahui dari kabar yang beredar, Duta Besar Indonesia untuk Bangaladesh dan Nepal mendapatkan surat protes dari Samsara Holidays Pvt. Ltd., yakni perusahaan outbound untuk mengirim orang Nepal ke Indonesia sekitar 5.000 penumpang setiap tahunnya. Pada tangal 12 April 2019, 20 Orang dari Nepal mengg7nakan penerbanga Malaysia Airlines menuju Indonesia. Dimana 10 orang diinformasikan dilecehkan secara sengaja oleh petugas imigrasi di Bandara Ngurah Rai pukul 12.20 Wita. Permasalhan terjadi ketika seorang petugas berpakaian petugas imigrasi meminta paspor kepada 10 wisatawan yang dimaksud dan masing-masing dimintai 200 USD. Karena terjadi penolakan sehingga terjadi perdebatan mengapa harus membayar dan diinformasikan hingga terjadi aksi pemukulan yabg membuat dua wisatawan terluka.

Baca juga : Gara-gara Putus Cinta, ABG asal Pangkung Paruk Tewas Gantung Diri

Advertisement

Karena peristiwa tersebut wisatawan tersebuy menjadi sangat ketakutan dan mulai melakukan tawar-menawar dengan petugas Imigrasi yang akhirnya disetujui untuk mmemberika 100 USD per orang (total 1000 USD). Karena mereka meyakini itu adalah hal yang ilegal, maka melalui mitra lokal untuk mengambil tindakan terhadap petugas imigrasi. Selanjutnya mitra lokal menyampaikan keluhan di Kantor Polisi Bandara KP3. Adapun orang yang diinformasikan mengalami cedera yaitu Navaraj Dhungana, Shiva Kumar Pangeni, Phanindra Poudel, Ram Prasad Pandey, Shiva Atreya, Kamal Raj Bhandari, Yaman Bhusal, Dikshya Adhikari, Kamal Raj Paudyal dan Gita Devi Dhakal. tim/net/ama