Connect with us

EKONOMI

Teliti Upsus Siwab, Ketut Gede Nata Kusuma Raih Gelar Doktor Populasi Sapi Bali

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Kepala Bidang Perbibitan dan Produksi Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, I Ketut Gede Nata Kusuma akhirnya menemukan sejumlah faktor yang mempengaruhi belum optimalnya program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) di Bali. Penelitian ini sekaligus dituangkan dalam desertasinya untuk meraih gelar Doktor Program Studi Doktoral Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. “Desertasi ini saya angkat berangkat dari adanya kesenjangan antara produksi dan konsumsi daging sapi dalam negeri. Selama ini masih pada posisi neraca defisit, sehingga kebutuhan dalam negeri 36 persen masih diimpor dari luar negeri,” ungkapnya usai Ujian Promosi Doktor di Program Pasca Sarjana Univeritas Udayana, Denpasar, Jumat (16/8/2019).

1Mg#Bn-16/8/2019

Nata Kusuma menyebutkan produksi daging sapi dalam negeri saat ini hanya sekitar 400.015 ton atau setara dengan 2,4 juta ekor sapi. Sementara kebutuhan mencapai 615.000 ton atau setara dengan 3,8 juta sapi. Sayangkan kondisi itu akhirnya memaksa pemerintah mengimpor daging sapi, agar tidak terjadi kepunahan ternak sapi terutama Sapi Bali sebagai salah satu pemasok daging ke beberapa kota besar di Indonesia. Ketimpangan antara supplay dan demand ini memunculkan indikasi ada sapi ke luar Bali, sehingga harus segera diantisipasi dengan peningkatan program Upsus Siwab agar bisa dipastikan seluruh sapi betina produktif dapat dikawinkan melalui inseminasi buatan (IB). “Program ini menjadi sebuah instrumen untuk meningkatkan populasi sapi, karena permintaan pasar sangat banyak. Upsus Siwab inilah pisaunya, namun ketika penerapan di lapangan dari target-target itu belum optimal maka hal ini menjadi kendala utama,” jelasnya.

Baca juga : Wakil Rakyat “Sejuta Traktor” Kembali Gelontorkan Bantuan Alsintan Senilai Rp700 Juta, Rangsang Generasi Muda Geluti Sektor Pertanian

Melalui pengumpulan sampel di 461 peternak, 76 petugas IB dan 77 petugas pemeriksaan kebuntingan dihimpun data bahwa dari target 128.204 ekor sapi yang harus dikawinkan baru 88.177 ekor (68,7 %) terealisasi. Jumlah kelahiran yang dilaporkan adalah 20.880 ekor (25,4 %) dari target 82.050 ekor. Jika dibandingkan dengan hasil evaluasi akhir tahun 2018 dengan prediksi target jumlah sapi indukan yang sama, secara kuantitas dan kualitas terjadi peningkatan capaian realisasi. Jumlah realisasi IB sebanyak 104.358 dosis dengan jumlah akseptor sebanyak 93.638 ekor atau 81,3 persen, realisasi kebuntingan yang dilaporkan sebanyak 83.210 ekor atau 81,0% dan kelahiran sebanyak 50.169 ekor atau 61%. Data ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Upsus Siwab di Bali belum berjalan secara optimal. “Supaya meningkat kita harus benahi peternak, kuatkan kapasitasnya kemudian berikan pemahaman bahwa Upsus Siwab ini memberikan nilai ekonomi untuk potensi, peluang pasar dan peluang untuk berusaha,” ungkap pria kelahiran Gianyar, 26 Oktober 1962 ini. eja/ama

Advertisement