Connect with us

EKONOMI

PTAR Sulap Tukang Parkir Menjadi Pengusaha Furniture

Published

on

Tapsel, (JarrakPos)- Tak disangka ternyata sampah yang dianggap sekepok tumpukan sisa yang tak berguna bisa berubah menjadi mutiara yang indah yang mampu memberikan nilai ekonomis meningkatkan pendapatan keluarga.

Tentu untuk memberikan nilai ekonomis tersebut perlu kemauan, semangat dan kreatifitas tinggi dari orang-orang yang mengelolanya.

Mengacu kepada program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Perusahaan Tambang Emas Martabe Batangtoru yang dikelola oleh PTAR melirik potensi masyarakat di lingkar tambang.
Limbah pallet yang merupakan kayu bekas packing barang ekspedisi PTAR didaur ulang menjadi produk furnitur/meubel dan serbuk sawdust.

Jul Fikri Harahap warga Wek II Kec. Batangtoru kepada media, Selasa (20/06) mengaku awalnya kegiatan sehari-harinya hanya sebagai tukang parkir kemudian beralih menjadi mengelola sampah menjadi kompos.

Advertisement

Pada 2015 dia dan sekelompok pemuda-pemudi lainnya yang tergabung dalam Comapro (Komunitas Mandiri dan Produktif) mendapatkan ide bisnis yang menjanjikan dari PTAR yakni mendaur ulang pallet sisa kayu bekas menjadi furniture / meubel dan serbuk kayu.

Sebelumnya para anggota Comapro tidak memiliki dasar pengetahuan ataupun keterampilan terkait pengolahan pallet bekas. Keterampilan mereka terbatas masih sebatas pengolahan sampah organik dari Pasar Batangtoru untuk dijadikan kompos.

Kemudian PTAR memberikan pendampingan tata cara berbisnis mebel, sekaligus mensubsidi alat pertukangan, bahan baku serta sarana pendukung lainnya.

Langkah awal dimulai dari pelatihan yang focus kepada pemanfaatan pallet bekas menjadi barang bernilai ekonomis berbasis 3R (Reduce, Reuse dan Recycle).

Advertisement

Pelatihan dimulai dari perkenalan alat pertukangan, kemudian menguasai proses awal pembuatan mebel hingga kepada proses finishing.

Pada tahun 2017, PTAR memfasilitasi badan hukum sebagai legalitas usaha Comapro menjadi Koperasi Sarop Do Mulana.

Untuk memacu perkembangan usaha Koperasi Sarop Do Mulana ini , PTAR membangun fasilitas wokshop di desa Sumuran dilengkapi dengan peralatan pendukung seperti mesin pencacah, mesin ketam, gergaji mesin dan lain sebagainya.

Untuk mesin pencacah yang berguna untuk membuat serbuk sawdust , PTAR memberikan 2 ukuran yang berbeda, yang ukuran kecil diberikan secara hibah sedangkan mesin ukuran besar senilai Rp. 500 juta-an masih dalam tahap pinjam pakai.

Advertisement

Menurut Jul Fikri Harahap selaku Sekretaris Koperasi Sarop Do Mulana yang didampingi oleh Siddik Tanjung, untuk pengembangan usaha, koperasi yang mereka kelola ini terus didampingi oleh PT. Grahatma Semesta selaku konsultan yang ditunjuk PTAR.

Mereka diajari tentang peng-organisasi-an koperasi, administrasi, manajemen keuangan dan permodalan, usaha produksi hingga kepada pemasaran.

Dalam per bulan koperasi Sarop Do Mulana mampu memasok limbah serbuk (limbah sawdust) sebanyak 4 ton dengan nominal rupiah sebesar Rp. 8 juta per bulannya.

Sedangkan pendapatan dari penjualan furniture / mebel beserta pernak-pernik lainnya tergantung pesanan, jika pesanan ramai dalam satu bulan mereka dapat berpenghasilan hingga Rp. 10 juta dari penjualan.

Advertisement

Berbicara kendala, produksi furniture / mebel seperti meja-kursi set untuk kafe-kafe, bangku sekolah, aksesoris hiasan dinding, aksesoris tempat handphone dan lain sebagainya, Jul Fikri menyebutkan masih kurangnya kesadaran konsumen dalam menilai Seni artistik yang dioleskan dalam setiap produk furniture mereka.
“Kebanyakan pembeli hanya membandingkan nilai rupiahnya dengan produksi mebel lainnya”, jelasnya.

Padahal kata Fikri, untuk membuat satu set meja-kursi kafe , mereka memilih kayu yang terbuat dari bahan kayu jati, sehingga corak motif ukiran kayunya tampak indah dan asri.

Mereka juga tidak membuat produk dari bahan sembarangan meski bahan ini merupakan limbah Paking tambang.

Sedangkan kayu pallet yang tidak terpakai tersebut dijadikan sebagai limbah sawdust dan dijual ke PTAR untuk dijadikan kompos sebagai penunjang upaya reklamasi tambang.

Advertisement

Netti Nurliana Comonity Development PTAR menyebutkan dalam setiap pameran pembangunan baik ulang tahun kabupaten Tapsel, Kota Padangsidimpuan maupun Provinsi Sumut ,PTAR selalu memajang hasil kerajinan furniture / mebel Koperasi Sarop Do Mulana.

“Kita terus berupaya melakukan pendampingan sampai koperasi ini dapat mandiri”, jelas Netti.

Umumnya pendampingan local bisnis demikian hanya dilakukan dalam jangka 2 tahun hingga mereka bisa dilepas secara mandiri, sebutnya. *(Ali Imran).

Advertisement
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Warning: Undefined variable $user_ID in /home/jarrakpos/public_html/wp-content/themes/zox-news/comments.php on line 49

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply