Connect with us

SUARA PEMBACA

Jadi Istri Gubernur Wayan Koster, Tak Meredupkan “Ni Putu Putri Suastini” Rindu akan Berkesenian

Published

on

Denpasar, JARRAKPOS.com – Siapa yang tidak mengenal sosok Ni Putu Putri Suastini? Seniman yang namanya makin tenar ini, lahir di Desa Padangsambian, Denpasar, 27 Januari 1966 dan besar di daerah Panjer, karena orang tua bekerja di Bank BPD Bali sehingga mendapatkan mes tempat tinggal. Sejak belia dengan berpaut usia 2 hingga 3 tahun dari teman-tenan sepermainannya, justru menjadi hal istimewa bagi Putri Suastini bersekolah di SD Negeri 1 Panjer di usia 5 tahun.

Sejak semasa sekolah dasar, Bunda Putri sapaan akrab Istri Gubernur Bali, Dr.Ir. Wayan Koster, MM itu, sudah banyak belajar seni melalui guru les tari, hingga bakat menarinya semakin kuat saat di bangku SMP. Berkembang masuk ke dunia seni drama bersama Teater Kukuruyuk yang menjadi cikal bakal Teater Mini di tahun 1978. Keseriusannya mengenal dunia teater berlanjut ajakan manggung hingga ditayangkan di layar kaca TVRI. “Begitu berada di bangku SMA bersama para sahabat yang masih berada di bangku SMP, Bunda bersama beberapa sahabatnya bergabung dan membuat teater angin. Disini bersama sahabat mengisi drama remaja di TVRI yang diagendakan tayang satu bulan sekali,” kenangnya belum lama ini.

Menginjak kelas 3 di SMA Negeri 1 Denpasar, Bunda Putri baru berani mengisi drama klasik di layar kaca TVRI hingga tahun 1990. “Berawal disinilah mulai banyak mengisi panggung besar hingga pentas di Gedung Kesenian Jakarta di bawah binaan Sanggar Putih,” katanya seraya bersyukur dasar tari yang terus diasahnya didukung olah fokal dan kemampuan membaca puisi, akhirnya membuat Bunda Putri terjun ke dunia MC (Master of Ceremonial) hingga akhirnya menikah dengan Wayan Koster di tahun 1999 yang mulai meredupkan karirnya di dunia seni di Bali, karena harus diboyong ke Jakarta.

Sebelumnya, salah satu tetangganya di Panjer, Ketut Sukanata yang sudah dianggap sebagai kakak baginya, menjadi salah satu sahabat yang dinilai banyak memberi semangat dan dorongan sehingga Bunda Putri ikut berbagai ajang lomba. Diantaranya berhasil menjadi juara pertama Lomba Pidato KNPI Bali serta merebut juara 3 di tingkat nasional. Tahun 1994 ayahandanya pensiun, dan kehidupan Bunda Putri kembali berkanjut di Desa Padangsambian. Bunda Putri pun melepas masa lajangnya, 24 Desember 1999 yang saat itu sudah berusia 33 tahun.

Advertisement

Ik.16/8/2018

Saat itu, ia sedang bersemangat bergabung di Sanggar Suar Agung yang sering tampil hingga 5 kali dalam seminggu di berbagai hotel. Wajar saja, perjumpaan pertama dengan sang suami, juga tidak terduga yakni di sebuah acara politik dimana Bunda Putri diminta sebagai MC, sehingga berawal dari sebuah kartu nama agar memiliki banyak sahabat dan relasi membuat Wayan Koster jatuh hati dan mulai menjajaki hubungan asmara jarak jauh bersama Bunda Putri. Sebelum hidup sebagai istri Anggota Komisi X DPR RI, Bunda Putri saat kuliah juga dikenal sangat melakoni bakat yang dicintainya dengan segudang prestasi.

Kualitas diri juga ditunjukkan dengan prestasi sebagai juara 1 Tari Tenun se-Universitas Udayana (Unud), hingga dipercaya mewakili Unud untuk Festival Seni Antar Wilayah di tingkat Kopertis di Banjarmasin dengan membawakan tari tarunajaya dan tari oleg dengan memboyong juara. Di bidang teater juga sering mewakili Depdikbud di tingkat Provinsi Bali dan wilayah regional sehingga sering dinobatkan sebagai Pemeran Pemain Putri Terbaik. Bunda Putri juga tercatat mengikuti dua kali Lomba Drama Modern di Fakultas Sastra Unud dengan meraih Peran Pembantu Terbaik dan Peran Wanita Terbaik. Untuk prestasi Lomba Baca Puisi melalui Sanggar Minum Kopi mewakili Depdikbub juga tidak lepas dari juara.

Bunda Putri saat bersama Gubernur Bali, Dr.Ir. Wayan Koster, MM dan keluarga.

Semua yang dilakoninya dikatakan dengan belajar secara otodidag namun penuh keseriusan dan fokus. Kini tiba waktu memposisikannya sebagai Istri Gubernur Bali yang dilantik, Rabu (5/9), menyadarkannya lama tak berkecimpung di dunia seni menjadi awal harapan bahwa berkesenian harus didukung upaya regenerasi dalam berkesenian. “Dulu saya ada ditengah-tengah sebagai pelaku seni, namun saat ini hanya bisa mendukung agar kegiatan berkesenian semakin menggeliat dan bergairah sebagai salah satu potensi kepariwisataan Bali,” beber Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali sekaligus Ketua Dekranasda Provinsi Bali itu.

Sangat disadari perkembangan saat ini, perlu memposisikan seni tradisi saling mendukung dengan perkembangan teater modern dan seni modern. Apalagi saat ini, seni tradisi sangat mendominasi sebagai bagian dari nilai jual pariwisata. Akan tetapi juga perlu disadari apapun yang dikembangkan di Bali memiliki potensi sama untuk dapat diterima dengan baik. “Yang modern saat ini akarnya tradisi, kekinian suatu saat 50 tahun kedepan lagi karya kita ini akan disebut tradisi oleh anak cucu kita. Jangan mandeg di sini tradisi tetap dilestarikan yang inovasi tetap kita kembangkan,” jelas Bunda Putri. eja/ama

Biodata :
Nama : Ni Putu Putri Suastini
Tempat dan Tgl Lahir : Denpasar, 27 Januari 1966
Suami : Dr.Ir. Wayan Koster, MM
Pendidikan :
1. SD Negeri Panjer Denpasar
2. SMP Negeri 1 Denpasar
3. SMA Negeri 1 Denpasar
4. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Advertisement
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Warning: Undefined variable $user_ID in /home/jarrakpos/public_html/wp-content/themes/zox-news/comments.php on line 49

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply