Connect with us

EKONOMI

Harga Daging Ayam Anjok, Pasokan Luar Serbu Bali

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Ketua Perkumpulan Rumah Potong Unggas (Perpu) Bali , Sang Putu Sudarsana mengkritisi permasalahan suplai daging ayam potong di Bali yang anjlok dan tidak stabil, karena sektor usaha ini belum dipayungi Peraturan Gubernur Bali No.99 tahun 2018 tentang pemasaran dan pemamfaatan produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali dengan baik. Sektor ini menurutnya sudah mampu mencukupi kebutuhan pasar lokal, namun karena adanya pasokan daging ayam dari luar Bali secara berlebih akibat mekanisme pasar yang tidak terkontrol membuat peternak mandiri di Bali mengalami kerugian. Kondisi ini juga berdampak bagi Perpu Bali dan Gabungan Dagang Ayam (Gada) Bali sebagai rantai distribusi yang bersentuhan langsung dengan pasar lokal.

Ik-18/6/2019

Ketua Perpu Bali, Sang Putu Sudarsana mengatakan, adanya keluhan peternak mandiri untuk suplai daging ayam karena ada korperasi besar yang bergerak di bisnis yang sama dengan modal besar merusak keseimbangan pasar. Diketahui peternak korperasi mengendalikan suplai ayam dari mulai bibit, pakan hingga distribusi untuk hasil produksi. Kondisi ini edealnya mengharuskan korperasi (kemitraan) mengelola pasar tersendiri sementara peternak mandiri harus dilepas mengisi semua pasar becek di Bali. Namun yang terjadi saat ini justru terbalik karena ditakutkan over suplai daging yang tinggi membuat kemitraan juga mengambil pasar becek yang sebelumnya merupakan pasar bagi peternak mandiri. “Jalan satu-satunya untuk membantu peternak mandiri itu pasarnya dibatasi. Pada saat banjir yang diutamakan mandiri baru korperasi untuk memenuhi kekurangan,” jelas Sang Putu Sudarsana.

Baca juga : Ny. Putri Koster Apresiasi Penggunaan Buah Lokal

Sang Putu Sudarsana bahkan menjelaskan, karena telah terjalin kerjasama dengan Gada Bali ia menegaskan dalam satu hari bisa menyerap 20 persen produksi peternak yakni sekitar 40 ribu ekor. Jumlah ini semestinya tidak menimbulkan keluhan harga anjlok karena secara fakta produksi ini masih rendah dibandingkan kebutuhan Bali yang diprediksi sekitar 200 ribu ekor. Fenomena ini diharapkan bisa dipecahkan oleh pemerintah melalui instansi terkait untuk mengendalikan suplai daging ayam di Bali. Jangan sampai over suplai akibat meningkatnya produksi oleh korperasi (peternak kemitraan) justru mengambil pasar dari peternak mandiri. Disisi lain over suplai juga diakibatkan adanya daging ayam luar Bali yang masuk karena harga di Bali lebih tinggi. Kondisi ini sangat merugikan pengusaha lokal, baik peternak mandiri, rantai distribusi hingga rumah potong unggas. “Kalau banjir produksi dan harga di luar Bali lebih murah, tanggungjawab korperasi bagaimana?. Korperasi punya cukup modal untuk mengatur. Kemitraan 80 persen dikuasai mereka,” jelasnya.

Ik-1/6/2019

Kebutuhan daging ayam di Bali mencapai 200 ribu, bisa menjadi data awal bahwa kemitraan menguasai sekitar 160 ribu sehingga sangat mudah untuk mengatur mekanisme pasar. Peternak di daerah juga harus terbuka jangan sampai ada peternak dengan populasi 50 hingga 300 ribu mengatasnamakan peternak mandiri. Pemilik salah satu Rumah Potong Unggas di Denpasar ini berharap, regulasi tata niaga daging ayam di Bali harus segera ditata dengan baik agar pengusaha lokal dan peternak mandiri terlindungi. Terlebih saat ini sudah ada Peraturan Gubernur Bali No.99 tahun 2018 tentang pemasaran dan pemamfaatan produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali. “Kita harapkan pemerintan sesegera mungkin membuat rumusan yang berkeadilan, tidak keberpihakan. di Pergub sudah jelas 60 persen harus produk lokal 40 persen boleh dari luar. 40 persen inilah yang harus dirumuskan dengan jelas. Contoh misalnya dari 200 ribu kali 40 persen berarti 40 ton siapa saja yang bisa?. Mestinya harus adil,” tegasnya, lanjut menjelaskan selain kebutuhan harian, di Bali juga ada kebutuhan adat keagamaan sehingga semua potensi pasar harus dipetakan dengan baik oleh pemerintah.

Baca juga : Krama Adat Apresiasi Janji Staf Khusus Presiden Perjuangkan Pembangunan Bandara Bali Utara

Advertisement

Ketua Gada Bali, I Kadek Agus Seryawan juga mengatakan, pihaknya juga terimbas dari over suplai daging ayam di pasaran. Ia menjelaskan selama ini mengambil ayam potong di peternak mandiri dengan sasaran pasar becek diluar kebutuhan Horeka (hotel, restaurant dan katering). Namun dalam perjalananya saat suplai mencukupi masih ada daging ayam luar Bali yang masuk sehingga membuat over suplai dan anjloknya harga daging. Kadek Agus Seryawan menilai, masalah pasokan ini harus diketahui dengan baik oleh pemerintah dalam mengendalikan suplai produksi dan harga pasar. Jangan sampai suplai daging dari luar sebagai penyeimbang justru malah merugikan peternak lokal yang pada akhirnya anggota Gada Bali harus menjual ayam hidup di pemetong dengan harga tinggi sementara harga daging dipasaran sudah anjlok. “Siapa yang boleh, siapa yang tidak harus jelas. Bukan berdasarkan kekuatan modal. Tidak terlalu berimbas harga buat saya, kalau bicara untung rugi. Saya cari untung cuma permasalahan di penyerapan. Kita perlu tata niaga ayam di Bali, perlu diatur siapa yang boleh siapa tidak. Jangan sampai suplai di Bali mencukupi tapi tetap daging luar membanjiri pasar kita,” jelasnya. eja/ama