Connect with us

POLITIK

Target Kunjungan Wisman Tak Tercapai, Daya Tarik Wisata Bali Monoton

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Dari awal pemerintahan periode pertama Presiden Jokowi sudah menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) ke Indonesia sebanyak 20 juta orang tahun 2019. Padahal di tengah jalan sudah ,direvisi menjadi 18 juta Wisnam, tapi realitanya diperkirakan sampai akhir tahun 2019, jumlah Wisman yang berkunjung hanya sekitar 16,1 juta orang. Demikian pula Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) Utama di Indonesia juga tidak mampu mencapai target kunjungan Wisman 40 persen dari kunjungan Wisman ke Indonesia. “Kunjungan wisatawan domestik pun tidak begitu banyak kenaikan, karena masih mahalnya harga tiket pesawat domestik dan kondisi ekonomi yang belum membaik,” ungkap Dr. I Putu Anom SE.M.Par, Ketua ICPI (Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia) Wilayah Bali di Denpasar, Jumat (3/1/2020).

1bn-ik#23/12/2019

Disebutkan, sebenarnya pemerintah pusat sudah menetapkan DTW sepuluh Bali baru dan pengembangan beberapa DTW prioritas di luar Bali sebagai alternatif mendongkrak kunjungan Wisman ke Indonesia. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target kunjungan Wisman ke Indonesia, diantaranya khusus untuk di Bali diperlukan terobosan untuk menambah diversifikasi daya tarik wisata supaya terkesan tidak monoton, terutama untuk para revieter guest (wisatawan yang berkunjung kembali) dan tentu daya tarik wisata tersebut tidak merusak lingkungan dan harus sesuai dengan budaya Bali. “Kemacetan yang parah di sentra-sentra pariwisata yang membuat wisatawan kecewa karena banyak waktunya terbuang sia-sia,” ungkapnya.

Baca juga : Target Kunjungan Wisman Tahun 2019 Diprediksi Tak Tercapai

Dijelaskan, masih ada beberapa daya tarik yang kurang tertata dengan baik serta kurangnya informasi yang akurat tentang sejarah, mitos dan lainnya yang harus dijelaskan dengan benar kepada wisatawan. Masih kurang direct flight dari luar negeri menuju bandara Ngurah Rai, sehingga menambah beban biaya dan waktu yang dihabiskan wisatawan di masa mendatang wisatawan millenial yang tentu memiliki karakteristik yang berbeda cara berkunjung-nya yang lebih banyak berwisata secara individu atau kelompok dan grop kecil yang lebih banyak ingin mengeksplorasi daerah-daerah wisata baru dan hal ini perlu diantisipasi mulai sekarang. “Promosi pariwisata harus terus dilaksanakan terutama mencari pangsa pasar yang potensial di negara-negara yang kondisi ekonomi-nya makin berkembang,” tambahnya.

1bn-ik#23/12/2019

Khusus untuk di Indonesia secara umum tentu terus ditingkatkan akses infrastruktur, pengelolaan yang profesional, terutama di DTW Bali baru maupun DTW prioritas. Daya Tarik Wisata yang unik sesuai local genius dan local wisdom sebagai keunggulan budaya nusantara di daerah tersebut juga belum dimanfaatkan secara optimal yan juga bisa disebabkan kurang menghargai budaya lokal atau kurang paham keunggulan budaya lokal yang adi luhung atau justru lebih banyak mengagung-agungkan budaya import (budaya asal negara lain) yang tentunya belum tentu menarik bagi wisatawan yang berkunjung atau bisa juga karena wisatawan sudah terbiasa menyaksikan budaya tersebut di negara asalnya atau negara lain.

Baca juga : Wagub Cok Ace Harap Hubungan Bali dan Vietnam Makin Erat

Advertisement

Pada intinya wisatawan menginginkan sesuatu yang unik, sehingga dapat disaksikan di daerah yang dikunjungi dan kalau memungkinkan tidak banyak aturan-aturan yang mengekang aktivitas wisatawan saat berwisata. Selain itu, yang lebih penting lagi tentunya wisatawan tetap menghormati budaya masyarakat lokal (host/tuan rumah). Tentunya juga kondisi sosial politik harus kondusif serta keamanan dan kenyamanan wisatawan yang sedang rekreasi,” tutup Akademisi dan mantan Dekan Fakultas Pariwisata Unud itu. tim/ama