Connect with us

PARIWISATA

Corona Berpotensi Mewabah, Bali Diminta Perketat Pengawasan Wisman

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Merebaknya virus Corona di sejumlah negara selain Tiongkok, membuat sejumlah destinasi wisata mulai gigit jari. Termasuk di Indonesia, khusus Bali yang mengandalkan sektor pariwisata. Namun di Balik itu, virus Corana juga berpontensi mewabah di Bali, sehingga harus terus memperketat pengawasan Wisman. Seperti diungkapkan, Dr I Putu Anom SE,M.Par selaku Ketua ICPI (Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia) wilayah Bali, pelarangan masuknya wisatawan Tiongkok ke Indonesia termasuk Bali mulai 5 Februari 2020 tentu bertujuan untuk mencegah menyebarnya virus Corona, tapi hubungan persahabatan antar Indonesia dengan Tiongkok tetap berjalan baik.

1bl-1k#12/2/2020

“Negara Tiongkok pun membatasi warga negaranya untuk bepergian ke luar negeri. Ini artinya sudah adanya saling pengertian yang tujuannya sama untuk mencegah merebaknya virus Corona ke berbagai negara. Pelarangan ini sifatnya sementara dan kalau virus Corona sudah bisa ditanggulangi dengan baik tentu diharapkan wisatawan asal Tiongkok kembali diizinkan mengunjungi Indonesia, termasuk Bali,” ungkap Akademisi mantan Dekan Fakultas Pariwisata Unud saat dihubungi, Minggu (1/3/2020). Disebutkan, wisatawan Tiongkok yang masih ada di Bali pun sudah ditangani dengan baik, karena penerbangan dari dan ke Tiongkok ditutup sementara. Namun yang harus dilakukan tentu pengawasan di pintu-pintu masuk Bali tetap harus ada pemeriksaan yang ketat untuk sejak dini bisa mencegah virus Corona maupun virus penyakit yang lain menyebar di Bali dan tentunya walau tidak ada Wisman Tiongkok yang berkunjung.

Baca juga: Pusat Stop Pungutan PHR, Badung Minta Hak Proporsional

Wisman dan Wisnus maupun setiap penumpang yang masuk ke Bali lewat jalur udara maupun jalur laut harus tetap diadakan pemeriksaan ketat baik kaitannya dengan virus penyakit maupun pemeriksaan kelengkapan dokumen beserta barang bawaannya. Memang harus diakui tidak adanya kunjungan wisman asal Tiongkok untuk sementara tentu akan sangat berimbas pada pariwisata Bali karena di tahun 2019 saja wisman asal Tiongkok jumlahnya menempati urutan kedua setelah Wisman asal Australia. “Kemungkinan target kunjungan Wisman 6,5 sampai 7 juta ke Bali tahun 2020 sulit dicapai dan target PHR (Pajak Hotel dan Restauran) pun kemungkinan tidak tercapai. Menghadapi kondisi seperti sekarang ini industri pariwisata difasilitasi pemerintah sudah seharusnya menyasar pangsa pasar negara-negara potensial yang warga negaranya berkunjung ke Bali,” tandasnya.

3bl-ik#4/2/2020

Hal ini pun sudah dilakukan oleh para pelaku pariwisata khususnya Pemda Badung dengan BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) Badung melakukan promosi pada even-even promosi internasional di berbagai negara. Bali memang sudah sangat tergantung dari sektor pariwisata kalau sampai pengembangan sektor ini merosot tajam tentu akan berdampak luas pada sektor yang lain untuk itu pemerintah dan pelaku pariwisata tentu akan berusaha maksimal mencari terobosan-terobosan untuk mengatasi agar sektor pariwisata tetap eksis sebagai penggerak perekonomian Bali. “Kita juga bisa berusaha agar wisatawan domestik makin banyak mengunjungi Bali walaupun tidak mendapatkan devisa. Pemerintah Bali beserta stakeholder pariwisata juga berusaha agar even MICE baik skala nasional maupun internasional dapat mau dilaksanakan di Bali yang tentunya harus ada pendekatan pada pemerintah pusat maupun event organizer,” paparnya.

Baca juga: Bali Kehilangan “Mahkota”, Badung Mestinya Bersyukur dapat Insentif PHR

Advertisement

Pembenahan fasilitas pariwisata harus tetap dilakukan termasuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan sampah yang membuat citra negatif pariwisata Bali. Pemerintah di Bali juga harus berusaha memajukan sektor-sektor lain diluar pariwisata terutama sektor yang ditekuni masyarakat lokal Bali, seperti sektor pertanian dengan memberikan pembinaan agar aktivitas petani tidak monoton dan agar bisa berkreasi memproduksi produk-produk pertanian yang bisa diperdagangkan antar pulau, bahkan bisa memasuki pasar ekspor. “Demikian pula industri kecil termasuk kerajinan yang ditekuni masyarakat lokal Bali perlu dibangkitkan kembali dan usahakan jangan sampai usaha-usaha industri kecil sejenis tersebut tidak diambil alih oleh investor dan yang hanya menjadikan masyarakat lokal sebagai pekerja saja,” tutupnya. tim/aka/ama