Connect with us

DAERAH

Symposium Suksma Bali 2019, Siapkan Deklarasi Penyelamatan Air di Bali

Published

on


Badung, JARRAKPOS.com – “Menyelamatkan dan Memuliakan Air Bali” akan menjadi tema Symposium Suksma Bali 2019 yang akan digelar di Gedung Wismasabha, Kantor Gunernur Bali tanggal 17 Oktober 2019. Mematangkan berbagai hal penting yang akan dirumuskan dalam kegiatan tersebut, Suksma Bali melaksanakan acara press conference Symposium Suksma Bali 2019 di Adhi Jaya Sunset Hotel, Kuta, Selasa (15/10/2019). “Kami nanti akan memberikan semacam, kalau tahun lalu kami menyebutnya buku putih dimana dari kajian synposium itu dari beberapa tokoh, pandangan dan usulan kami rangkum dan kami melakukan hal yang sama nantinya. Dari hasil symposium ini memberikan suatu informasi data kepada pemerintah terkait dengan bagaimana menjaga dan menyelamatkan air Bali,” ungkap Ketua Suksma Bali, I Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa, CHA.

Baca juga : Ciptakan Generasi Cerdas, Wabup Artha Dipa Ajak Anak Gemar Makan Ikan

Ditambahkan, Symposium yang mengangkat tema air ini diharapkan akan melahirkan sebuah deklarasi sehingga gerakan Suksma Bali ini tidak hanya sebatas wacana saja namun sesuatu program yang bisa langsung dijalankan. Deklarasi yang disesuaikan dengan Panca Kriya Maha atau lima langkah yang baik untuk masa depan. Berbicara permasalahan air di Bali, pria yang akrab disama Gung Darma ini menegaskan bahwa masalah air perlu penanganan dan solusi dari berbagai pihak sebagai langkah bersama memerangi krisis air. “Latar belakang dari kenapa mengambil tema air, yakni kami melihat sebetulnya ada keresahan bersama terkait dengan masalah air dan pariwisata selalu menjadi kambing hitam. Sejatinya seluruh komponen harus bersama menjaga sumber air,” jelasnya menegaskan komponen pariwisata di Bali sangat peduli masalah air kendati sektor lain juga tidak kalah banyaknya dalam mengkomsumsi air.

Juga dijelaskan dalam acara press conference Symposium Suksma Bali 2019 ini juga telah dihasilkan rumusan awal apa saja langkah-langkah strategis yang bisa terus ditingkatkan dalam menjaga kuantitas dan kualitas air. Dua hal diantaranya yakni bagaimana properti pariwisata membangun biopori atau sumur resapan di kawasannya masing-masing. Serta meningkatkan partisipasi dunia pariwisata dalam mengalokasikan dana CSRnya untuk kepedulian lingkungan. Diantaranya dengan mendukung program reboisasi atau penanaman kembali pohon yang dihitung sesuai besaran atau ekuivalen dengan jumlah air yang dikomsumsi agar ketersediaan akan air tetap terjaga dengan baik. Juga dijelaskan dalam acara symposium akan membahas delapan topik diantaranya filosofi air, penyelamatan air permukaan dan air bawah tanah, tantangan pengelolaan dan penyelamatan SDA berdasarkan daya dukung serta water efeciency, water audit and water network management.

Advertisement

Baca juga : Pemkab Karangasem Gelar Sisya Upanayana Massal

Dalam acara tersebut President Director Global Hospitality Expert, Agus Yoga Iswara, BBA., BBM., MM., CHA juga menegaskan, penggunaan air di sektor pariwisata mencapai belasan juta liter dalam satu hari. Diasumsikan ada sekitar 130 ribu kamar hotel dengan tingkat hunian 60 persen, dimana setiap wisatawan memakai air 90 liter per hari. Berdasarkan data ketersediaan air saat ini 101,23 m3/detik. Sementara kebutuhan air 119 m3/detik. Sedangkan potensi yang ada sekitar 216 m3/detik. Melihat tingginya penggunaan air, tambah Yoga Iswara selain upaya penghematan, menjaga sumber air yang ada serta yang tak kalah penting adalah memanfaatkan limpahan air hujan yang begitu tinggi setiap tahunnya. “Selama ini air hujan hilang begitu saja menuju laut. Padahal kalau ini bisa dimanfaatkan akan sangat membantu mengatasi kekurangan air saat ini. Seperti dengan membangun kantong-kantong air,” jelas Yoga Iswara.

Ketua BOA (Bali Organic Association) Bali Dr. Ni Luh Kartini menegaskan, ke depan air akan makin terbatas karen penggunaannya semakin tinggi. Sementara ketersediaan sumber air sangat terbatas. Bali hanya memiliki empat tower (danau) sebagai sumber air yakni Danau Batur, Buyan, Tamblingan dan Danau Beratan. Namun kondisi sumber air ini mulai terganggu. “Bahkan Danau Batur mengalami kerusakan cukup parah akibat terjadinya sedimentasi dan masuknya sampah plastik yang mencemari danau,” tegas Dosen Unud ini lanjut menjelaskan kedepan perlu berbagai upaya penyelamatan sumber air termasuk pemanfaatan yang lebih efisien harus dilakukan secara bersama-sama. Bali harus dikelola dalam satu ekosistem. “Penegakan hukum juga penting agar tidak terjadi pelanggaran yang merusak alam. Jadi jangan obrak-abrik gunung dan laut, sebab kita berada dan hidup di antara keduanya,” ” jelas Kartini.

Baca juga : Bupati Mas Sumatri Serahkan Ribuan Kartu Karangasem Cerdas

Advertisement

Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara Rizalluzaman mengatakan, sumber-sumber air yang ada baik air permukaan dan air tanah banyak mengalami masalah seperti pencemaran. Menurutnya, ke depan penting dijaga keseimbangan. Tingginya penggunaan air juga akibat banyaknya perusahaan yang memanfaatkan sumber-sumber air untuk kepentingan bisnisnya. “Saya lihat bukan hanya di pariwisata, industri lainnya juga ikut menyedot sumber-sumber air yang sudah semakin menipis ini,” tambah salah seorang GM Hotel di Tuban Made Ramia Adnyana. eja/ama