Connect with us

POLITIK

Refleksi: Tirtawan, Pejuang Kebaikan yang Menjadi Tumbal Kejamnya Zaman

Published

on

Denpasar, JARRAKPOS.com – MASIH segar dalam ingatan publik Bali dan masih pula berbekas dalam catatan DPRD Bali periode 2014-2019 serta para Komisioner KPU Bali, aksi koboi anggota Komisi I DPRD Bali Nyoman Tirtawan, yang berani seorang diri melawan tirani kerakusan yang sudah merajalela di kalangan eksekutif, legistlatif dan lembaga-lembaga Ad Hoc.

Berbekal data hasil studi komparasi ke sejumlah provinsi seperti Jawa Barat, Tirtawan yang waktu itu berbendera NasDem, beradu argumentasi dengan kaum pendukung “kerakusan anggaran” yang sudah menguasai sebagian besar bahkan hampir seluruhnya anggota DPRD Bali yang menerima dan menyetujui usulan anggaran Pilgub Bali 2018 yang cukup besar dan dianggap tidak rasional oleh Tirtawan. KPU Bali kala itu mengajukan anggaran Rp 254 miliar.

Kemudian dalam pembahasan menjadi Rp 229 miliar. Itu pun masih tergolong besar bila dibandingkan dengan Jawa Barat. Tirtawan dalam rapat pembahasan yang cukup alot menyodorkan fakta soal anggaran Pilgub Jawa Barat, yang justru dialokasikan sangat kecil. Padahal dari sisi luas wilayah serta jumlah penduduk, Jawa Barat jauh di atas Bali.

Tirtawan menyatakan, anggarannya Rp 229 miliar untuk Pilgub Bali dan dua Pilkada Kabupaten serta jumlah pemilih sekitar 3 juta jiwa maka berdasarkan hasil studi banding Komisi I DPRD Provinsi Bali ke Jawa Barat, anggarannya hanya Rp 116,4 miliar.

Advertisement

Padahal itu untuk Pilgub dan 16 Pilkada Kabupaten/Kota serta jumlah pemilih 30 juta lebih jiwa. “Kalau secara komparatif dan rasional, maka cost untuk Pilkada Bali 10 persen dari Pilkada Jawa Barat. Jadi aggaran untuk Pilkada Bali seharusnya kurang lebih Rp 116,4 miliar,” tandas Tirtawan.

Aksi heroik Tirtawan berhasil menggagalkan ambisi para pihak yang hendak memanfaatkan pesta demokrasi masyarakat Bali, Pilgub Bali 2018, untuk menambahkan pundi-pundi ATM mereka. Sebanyak Rp 98 miliar uang negara diselamatkan Tirtawan pada saat Pilgub Bali 2018 lalu.

Sayang, ternyata pujian publik terhadap keberanian Tirtawan menyelamatkan uang negara dari pajak masyarakat Bali sebesar Rp 98 miliar, tidak mendapat sambutan positif dari lembaga-lembaga negara.

“Rp 98 miliar uang negara diselamatkan oleh Nyoman Tirtawan saat Pilgub Bali tahun 2018, namun tidak ada satupun lembaga negara yang menghargai perjuangannya,” ucap Shela Dawan dalam akun Facebooknya, Minggu (13/2/2022) pagi.

Advertisement

Tampaknya cuitan Shela Dawan itu merupakan surat tebruka yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo, Kejaksaan Agung, KPK, Kapolri dan Gubernur Bali DR Ir I Wayan Koster. Ini terlit dari pencantuman nama para pejabat ini di akhir cuitan FBnya.

Cuitan FB Shela Dawan bukan tanpa alasan. Kejaksaan, KPK, Menteri Hukum dan HAM RI dan lembaga lainnya seolah sinis dan benci dengan kiprah Tirtawan. Bukannya memberikan dukungan dan apresiasi kepada Tirtawan karena telah menyelamatkan uang negara dari terkaman para “drakula anggaran”, malah dicuekin oleh negara. Terkesan negara tidak ingin ada orang baik yang memperjuangkan dan membela kebenaran seperti Nyoman Tirtawan.

Ironisnya, masyarakat Bali pun tidak memilih sikap yang bisa mendukung Tirtawan yang telah menyelamatkan uang negara dari pajak masyarakat Bali sendiri.

Awalnya masyarakat Bali memuji sikap heroik Tirtawan itu, namun mentalitas masyarakat yang tidak konsekuen terhadap realitas kebenaran, tergadaikan oleh politik uang saat Pemilu 2019. Serangan fajar yang dilakukan politikus tak bermoral, menghancurkan nurani masyarakat Bali terutama pemilih daerah pemilihan (Dapil) Buleleng, sehingga Tirtawan pun hanya sekejap dikhianati oleh publik dan harus tersisih dari kursi legislator di Renon (Kantor DPRD Bali) di Denpasar.

Advertisement

Akibat sikap pragmatis masyarakat yang gampang berubah sikap kala diberi uang oleh politikus abal-abal yang menghalalkan segala cara, menjadikan Tirtawan menjadi tumbal kejamnya zaman.

“Termasuk masyarakat Bali khususnya pemilih Dapil Buleleng tidak mau mendukung aksi “heroik” pahlawan tumbal kejamnya zaman. Faktanya Nyoman Tirtawan tidak lolos sebagai wakil rakyat pada Pemilu 2019 adalah bukti kematian logika politik di zaman edan,” ucapnya lagi.

Beginilah zaman edan. Yang baik dan benar dikubur dan dibenamkan oleh kegelapan hati nurani lembaga negara bersama gelapnya ruang di tengah kehidupan zaman kaliyuga. Biarkanlah kisahnya tenggelam di zaman kelam, namun sejarah akan selalu mencatat “Pejuang Hampa Jasa”. Jangan mimpi dapat kebaikan, jika melupakan dan mencampakkan orang yg terbukti berbuat kebaikan untuk publik.

Maka, renungan ini ditutup dengan kutipan bacaan Injil hari ini Minggu (13/2/2022). Lukas 6:20-21: “… Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. …”

Advertisement

Kutipan ini diperkuat dengan Injil Matius 23:12: “Dan barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Artinya bahwa siapa pun berbuat baik, siapapun memperjuangkan kebenaran namun mendapat hinaan dan cemohan dari kaum duniawi (yakni orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapat keuntungan tanpa mengindahkan etika dalam berproses) tidak perlu berkecil hati, karena akan ada saatnya bahwa Tuhan akan mengangkat sendiri mereka yang direndahkan menjadi lebih tinggi.

Injil Matius 18:4 pun berbunyi: “Sedangkan barang siapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” Artinya, siapapun yang direndahkan akan menjadi yang terbesar dalam kehidupan di surga. Oleh karena itu sebaiknya selalu berpegang pada firman supaya menjadi bagian dalam Kerajaan Allah.

Kebaikan selalu menang atas kejahatan dalam setiap pertempuran. Untuk mencapai kemenangan ilahi, memang harus bersusah-susah dan berkorban terlebih dahulu. Semoga! francelinio xavier ximenes freitas/*

Advertisement