Connect with us

PARIWISATA

Parade Drama Gong Klasik Dipastikan Tak Mati Suri di PKB ke-42

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Tidak ingin Drama Gong Klasik dikatakan mati suri dalam Pentas Kesenian Bali (PKB) ke-42 mendatang, Dinas Kebudayaan Propinsi Bali menggelar Kriyaloka (workshop) di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya (Arts Center) Provinsi Bali, Kamis (5/3/2020). Menghadirkan seniman Drama Gong DR. Drs. I Wayan Sugita, M.Si (Patih Agung) sebagai narasumber yang menyampaikan terkait pakem dan kriteria Parada Drama Gong Klasik.

Kepala Bidang Kesenian, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Ni Wayan Sulastriani dalam kesempatan tersebut mengatakan, pelaksanaan kriyaloka untuk mengembalikan pakem Drama Gong Klasik seperti yang berkembang di tahun 1970-an. “Sehingga nantinya para duta parada drama gong dari kabupaten dan kota se-Bali lebih bisa menuangkan karya garap drama gongnya semaksimal mungkin. Tentunya dengan kriteria yang ditetapkan untuk dipatuhi sesuai pakem drama gong,” ujarnya seraya berharap generasi muda pelestari seni saat ini tidak saja terus berkreasi namun juga paham seni klasik dan tradisi.

Wayan Sugita, Seniman asal Banjar Bukit Batu, Samplangan, Gianyar dalam kriyaloka mengatakan, penekanan pembinaan dalam kontek kriyaloka menegaskan kriteria dan pakem dalam Parada Drama Gong Klasik. Pertama ditegaskan kepada penggarap dan pembina drama gong di masing-masing kabupaten/kota agar menyesuaikan pementasan dengan tema pokok PKB yakni Atma Kerti, Penyucian Jiwa Pramana (Paripurna Dalam Karya Seni).

“Tema kadang dipasang pada satu kesimpulan saja pada akhir suatu cerita. Sehingga yang diharapkan adalah tema supaya mengalir yang dirangkai apik dalam alur. Kedua masalah humor jangan ada yang porno dan fulgar apalagi menyinggung orang lain atau institusi dan juga tidak boleh jorok. Begitu pula dengan karakter harus konsisten. Bahasa harus diperhatikan pemain atau seorang pelaku drama gong terkait anggah-ungguhin bahasa Bali yang benar,” jelas pria yang mendapatkan tanda Penghargaan Pengabdi Seni dalam PKB ke-41 tahun 2019 itu.

Advertisement

Menurutnya saat ini Drama Gong seperti mengalami mati suri sehingga diharapkan melalui Parade Drama Gong Klasik di PKB ke-42 semangat para seniman kembali bangkit. Dijelaskannya Drama Gong sangat digandrungi di tahun 1970 hingga 1980-an, bak jamur di musim hujan. Namun saat ini memasuki era globalisasi seninan-seniman muda diharapkan menjadi generasi pelestari seni yang selalu berusaha dan siap menerima tantangan untuk pelestatian drama gong kedepan.

Secara rinci disampaikannya beberapa unsur terkait teknis penampilan dan beberapa bahan pertimbangan terkait konsep dan bentuk yang dijadikan sebuah dasar pengamatan. Terkait cerita, karakter, bahasa, humor serta penunjang pementasan yang meliputi iringan, kostum dan tata rias, tata panggung hingga properti yang digunakan. “Drama gong dewasa ini mengalami penurunan, beda dengan pada zamannya dulu sekitar tahun 70 hingga 80-an itu. Saat ini kita (seniman, red) harus terus berkarya dan jangan menyerah untuk melestarikan seni,” pesannya kepada para seniman duta kabupaten/kota yang hadir dalam kegiatan tersebut. eja/ama/*