Connect with us

POLITIK

Memprihatinkan, Kondisi Krama Cacat dan Kurang Mampu, Sudirta Bagikan Bingkisan Taliasih

Published

on

Bangli, JARRAKPOS.com – Kondisi sebanyak 20 orang warga cacat di Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, benar-benar menyedihkan dan memerihatinkan. Ada yang mengalami cacat tubuh dan ‘’stunting’’ (cacat pertumbuhan atau kerdil), ada yang mengalami gangguan jiwa saat dewasa, sebagian kena serangan struk dan polio. Hal itu disaksikan langsung Relawan Anggota DPR RI, saat menyerahkan bingkisan taliasih Anggota DPR RI Wayan Sudirta, dalam masa turun ke bawah tanggal 14-22 Oktober 2020.

1bl#ik-11/10/2020

Bingkisan taliasih, berupa beras dan uang saku, di masa pandemi yang belum juga mereda ini. Relawan Sudirta di Bangli bersama Relawan KORdEM Demokrasi Bali, ‘’door to door’’ mengantarkan bingkisan di beberapa Banjar: Banjar Penaga, Banjar Sideparna, Banjar Kubusuih di Desa Yangapi dan Desa Landih, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli.

Tiga Relawan, Putu Wirata Dwikora, Nyoman Sutaya dan Wayan Laksana, juga menyampaikan rasa prihatinnya melihat kondisi warga cacat tersebut. Diantara yang sangat parah disabilitasnya adalah I Nengah Aristana (lahir 1994) yang abnormal sejak kecil ketika ia mulai kena step, lalu Luh Putu Deviyanti (lahir 2010) yang sejak usia tiga bulan pernah terserang step. Sementara dua wanita dewasa usia 30-an, Ni Ketut Sukri dan Wayan Widiani, mengalami gangguan kejiwaan beberapa tahun lalu, ingatannya hilang utamanya kalau sedang kumat secara parah.

2mg#ik-7/10/2020

‘’Ini memang warga kami di Tembuku, yang datanya direkap oleh Relawan dan juga Kepala Dusun disini,’’ kata Wayan Laksana, yang juga kader PDI Perjuangan di Bangli.
Sebagian lainnya, struk parah dan hanya bisa duduk atau berbaring, seperti yang diderita Nengah Seranta, Nengah Nganti, Made Sareng, I Ketut Sonteng, I Wayan Penpen, semuanya berusia diatas 60 tahun. Seorang perempuan bernama Ni Ketut Latri, benar-benar memerihatinkan kondisinya. Ia tidak bisa duduk tegak, tubuhnya kaku dan posisi terbaring. Untuk bergerak, ia harus merayap dengan posisi tengadah, termasuk kalau ia lagi buang air ke toilet, yang berada di sebelah kamar tidurnya. Kondisinya serba menyedihkan.

Di pekarangan rumah yang sama, kakaknya, seorang pria usia 50-an, I Made Selamat, cacat fisik di kedua kakinya berbentuk O karena serangan polio sejak kecil. Selamat dengan tongkat berusaha bekerja ringan seperti menyabit rumput untuk ternak sapinya. ‘’Saya hanya menyabit, nanti anak-anak saya yang mengangkutnya ke kandang. Saya bekerja semampunya, untuk menghidupi keluarga,’’ kata Made Selamat, didampingi dua anak lelakinya yang sudah remaja. Bingkisan taliasih Sudirta ini merupakan program khusus untuk warga cacat. Sebelumnya, Sudirta sudah secara ‘’door to door’’ membawa bingkisan ini untuk warga cacat di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Klungkung.

1th-ik#1/1/2020

Sudirta menyampaikan rasa prihatinnya, dan menyampaikan bahwa bingkisan kecilnya tidak berarti dan tidak banyak membantu, selain sebagai doa dan dukungan moral bagi mereka yang cacat serta keluarga yang merawatnya. Yang memerihatinkan, kalau tidak punya keluarga, atau keluarganya juga serba terbatas dan kekurangan. Untuk itu, pemerintah perlu serius membuat program bantuan sosial untuk warga cacat ini, karena mereka benar-benar membutuhkan pertolongan. Apalagi, konstitusi menyatakan bahwa fakir miskin dipelihara oleh negara. Dari pemantauan Relawan Sudirta, sebagian dari warga cacat tersebut memang sudah mendapat bantuan pemerintah secara insidentil, namun sebagian lagi belum. tim/jmg

Advertisement
Continue Reading
Advertisement