Connect with us

POLITIK

Masyarakat Jadi Manja, Iming-Iming Bansos Rusak Citra Demokrasi

Published

on

[socialpoll id=”2539079″]


Sanur, JARRAKPOS.com – Kebiasaan menghambur-hamburkan bantuan sosial (Bansos) maupun hibah kerap dilakukan Caleg sebagai senjata ampuh menarik simpati masyarakat. Padahal bantuan tersebut memang untuk masyarakat, sehingga sangat disayangkan karena secara tidak langsung mempengaruhi elektabilitas Caleg lain yang merasa dirugikan.

“Caleg mestinya tidak melulu kampanye dengan iming-iming Bansos, yang secara tidak langsung memanjakan masyarakat dan merusak citra demokrasi. Apalagi, Bansos yang dibagikan tidak sesuai peruntukan, sehingga berdampak negatif baik bagi pola pikir masyarakat dan kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya,” sentil Politisi Partai Golkar yang juga Ketua Kosgoro 1957 Provinsi Bali terpilih, Komang Takuaki Banuartha, saat ditemui Senin (18/2) di Denpasar.

Baca juga :

Advertisement

https://jarrakpos.com/2019/02/19/bertekad-nindihin-bali-wabup-sanjaya-dukung-penuh-ismaya-ke-dpd-ri/

Ia mengatakan, untuk menjadi calon pemimpin seseorang mesti memiliki kesiapan secara mental maupun program. Hal tersebut tentunya diperoleh dari pemikiran dan pengalaman, sehingga seorang pemimpin dapat menjadi solusi dan perubahan yang lebih baik. Menurutnya, Bansos jangan jadi alat demokrasi, karena para Caleg mestinya realisasi adu program. “Jangan sampai karena ada bansos malah yang punya program bagus tidak terpilih,” ujar Caleg DPRD Gianyar Dapil Sukawati nomor urut 4 itu.

Ik-18/11/2018

Tercatat sebagai salah satu Caleg DPRD Gianyar asal Sayan, Ubud ini mengaku tak gentar dengan keberadaan caleg bermodal Bansos. Ia percaya, masyarakat dapat membedakan mana yang patut didukung sebagai pemimpin. “Peran masyarakat sangat penting, saya tidak mau suara masyaraajat dibeli dengan Bansos, tapi program. Karena pada hakekatnya Bansos memang untuk masyarakat,” tegas Bendahara DPD Partai Golkar Bali itu, saat ditanya soal program yang tepat untuk Gianyar, Takuaki mengatakan pengembangan pariwisata tetap menjadi potensi utama.

Baca juga :

https://jarrakpos.com/2019/02/18/caleg-berkualitas-tak-diukur-dari-dana-bansos/

Advertisement

Dikatakan selama ini, kata dia, kondisi pariwisata khususnya di pasar senin Sukawati belum terkelola dengan baik sehingga menyebabkan kunjungan wisatawan menurun. Akibatnya, kata dia, banyak lahan yang awalnya dikelola sebagai toko kerajinan berubah menjadi bisnis lain yang tidak sesuai dengan kawasan pariwisata di Sukawati. “Lama-lama citra pasar seni hilang, khususnya di Celuk, banyak toko perak gulung tikar karena omset turun,” ungkapnya.

Ik-19/1/2019

Pria yang juga Bendahara Bali Turism Board (BTB) ini mengatakan, kata kunci untuk permasalahan tersebut adalah bagaimana wisatawan mau berkunjung dan berbelanja ke Gianyar, tanpa melemahkan bisnis tradisional. “Dalam pikiran saya, pasar seni itu akan saya tata,” celetuknya, sembari berharap, masyarakat dapat memilah caleg-caleg yang berkomitmen untuk memajukan daerah masing-masing, yang berkompeten dan memiliki kemampuan untuk itu. ira/ama