Connect with us

NEWS

Jhon Keli Berharap, Kabalai SDA Bali Harus Paham Bali dan Paham Pengamanan Pantai Bali

Published

on

JEMBRANA, Jarrakpos.com – Miris dan sangat memprihatinkan. Itulah gambaran nyata yang nampak di pesisir Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, saat ini.

Kawasan pesisir yang dulu dikenal indah dan menjadi kawasan wisata kuliner di Jembrana, kini kondisinya telah hancur porak poranda. Belasan warung kuliner dan lesehan yang menawarkan aneka menu ikan laut, kini rata dengan tanah akibat diterjang gelombang pasang yang sangat ganas.

Bahkan dari data resmi yang dirilis oleh desa setempat sedikitnya ada 50 rumah warga hancur dan tinggal puing-puing berserakan di pesisir pantai. Kondisi ini bahkan sudah berlangsung sejak beberapa tahun belakangan ini.

Mirisnya lagi, abrasi yang kian parah di lokasi tersebut hingga kini belum mendapatkan penanganan dari pemerintah. Pihak pemerintah desa mengaku puyeng mencarikan solusi penanganan, karena usulan telah sering disampaikan kepada pemerintah, baik pemerintah kabupaten maupun provinsi.

Advertisement

“Kami sudah sering mengusulkan kepada pemerintah agar abrasi di Pebuahan segera mendapat penanganan. Usulan itu kami sampaikan ke pemerintah kabupaten maupun provinsi, namun hingga kini tidak ada penanganan sama sekali,” terang Perbekel Banyubiru I Komang Yuhartono, Rabu (2/1/2022)

Bahkan menurutnya, usulan penanganan abrasi di Dusun Pebuahan, Desa Banyubiru tersebut juga telah disampaikan oleh pemerintah desa sebelumnya. Namun belum juga mendapatkan penanganan.

“Bahkan Mentri Kelautan juga sudah pernah mengecek ke lokasi abrasi didampingi Bupati Jembrana beberapa waktu lalu. Tapi ya itu, belum juga ada penanganan,” ujarnya.

Lanjut Yuhartono, dari abrasi bertahun-tahun tersebut, ada 15 unit lesehan, 25 unit warung dan 50 tempat tinggal warganya hancur disapu gelombang pasang. Dari musibah tersebut, kerugian materi yang diderita warganya mencapai milyaran rupiah.

Advertisement

Menurut Yuhartono, bagi warganya yang terdampak langsung atau yang kehilangan tempat tinggal memilih pindah ke rumah sanak keluarganya dan bahkan ada yang sudah memiliki tanah di lokasi lain yang aman dari ancaman abrasi.

“Warga terdampak tidak mendapatkan bantuan rumah dari pemerintah karena sebelumnya kawasan itu bukan kawasan pemukiman dan pemerintah daerah sebelumnya sudah melarang warga tinggal di situ. Mereka hanya diberikan bantuan sembako,” pungkasnya.

Namun demikian Yuhartono berharap agar abrasi di wilayah tersebut segera mendapatkan penanganan karena kalau tidak segera ditangani, abrasi akan meluas dan mengancam kawasan pemukiman warga.

Sementara itu sejumlah warga terdampak abrasi ditemui di lokasi mengaku kesal lantaran abrasi di wilayh tersebut tidak segera mendapat penanganan. Pemerintah daerah mapun provinsi sudah sering meninjau lokasi namun tidak ada upaya penanganan secara nyata.

Advertisement

“Kawasan ini kerap dikunjugi tokoh, terutama saat ada hajatan politik. Biasanya mereka berjanji akan memperjuangkan biar segera ditangani. Buntut-buntutnya hanya janji kosong. Mungkin mereka berjanji agar dipilih masyarakat,” ujar warga terdampak yang engan ditulis namanya.

 

 

Sumber : Dewa
Editor : Kurnia

Advertisement