Connect with us

EKONOMI

Jembrana Target Jadi Lumbung Kedelai di Bali

Published

on


Jembrana, JARRAKPOS.com – Kedelai merupakan salah satu komoditas  tanaman pangan di Indonesia, setelah beras dan jagung. Tanaman pangan ini  juga  memiliki potensi yang besar mengingat banyaknya bahan makanan yang berbahan dasar kedelai. Kebutuhan akan  kedelai semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pangan, seperti tempe, tahu, dan  kecap, sehingga perlu diimbangi  dengan jumlah produksi kedelai terutama pada sektor pertanian kedelai.

6Bn#Ik-18/10/2019

Untuk itu, Provinsi Bali melalui Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan  Provinsi Bali  terus menggenjot produksi kedelai.  Untuk Kabupaten Jembrana  sendiri saat ini  menjadi andalan produksi kedelai  dan ditargetkan menjadi sentra kedelai  di Bali. Tercatat 50 persen petani kedelai  Bali ada di Kabupaten Jembrana. Tahun 2019 terdapat 722 hektar lahan pertanian dengan menanam varietas kedelai unggul (Kedelai Anjasmoro). Sehingga ditargetkan produksi kedelai di Jembrana terus meningkat dan  mampu menjadi lumbung kedelai di Bali. Hal itu disampaikan  Kepala Bidang Tanaman pangan dan holtikultura Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan  Provinsi Bali  I Wayan Sunarta, saat menghadiri Gerakan tanam dan panen kedelai Tahun 2019 di Subak Tegal Badeng Timur, Jumat (8/11/2019). Turut mendampingi Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana I Wayan Sutama, beserta  masyarakat subak Tegal Badeng Timur.

Baca juga : AMD Calon Walikota Denpasar Masuki Zona Merah

Sunarta mengatakan, Jembrana sangat potensial  sebagai sentra pengembangan kedelai, selain  memiliki lahan yang luas juga antusiasme petani di Jembrana  yang tinggi dan serius dalam mengelola tanaman kedelai. “Kami berharap Kabupaten Jembrana bisa lebih mengembangkan lahan pertaniannya untuk tanaman kedelai lokal. Lahannya juga lebih luas. Setelah produksi bagus dari sisi  pemasarannya, kita akan branding kedelai lokal agar mampu bersaing dengan kedelai import. Karena kedelai lokal kandungan gizinya tidak kalah,  lebih sehat tidak mengandung GMO (Genetically Modified Organisms), lebih natural  jika dibandingkan dengan kedelai import . Sehingga dari segi ketahanan pangan sangat terjamin  sebagai alternatif penyehatan dari sisi gizi,” papar Sunarta. mas/ama

Advertisement