Hiduplah Terus Bahasa Bali

Oleh : I Putu Suasta

Denpasar, JARRAKPOS.com – Bahasa Bali kembali menjadi pusat perhatian di Bali karena ada sejumlah pertimbangan kultural yang menjadi latar belakang fenomena tersebut. Didasari adanya kekhawatiran akan mengikisnya Bahasa Bali di kalangan pengusung dan penuturnya, yakni masyarakat Bali itu sendiri. Bukan tak mungkin pula Bahasa Bali akan punah sama sekali. Dunia belajar dari lenyapnya kebudayaan suku Maya, Inca dan Aztek dimana mereka hanya meninggalkan jejak-jejak benda purbakala. Dunia tidak tahu persis seperti apa bahasa-bahasa mereka namun peneliti memastikan suku-suku tersebut pernah memiliki suatu kebudayaan yang cukup tinggi di zamannya berdasarkan peninggalan yang ada. “Punahnya suatu bahasa bukan hal baru dalam sejarah. Seiring dengan punahnya suatu kebudayaan maka punah pula bahasanya,” jelas penulis dan aktifis, Putu Suasta di Denpasar, Jumat (10/5/2019).

.

Kondisi ini dijelaskan juga terjadi di Indonesia, dengan peristiwa punahnya bahasa-bahasa sejumlah suku di Indonesia. Menurut catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), sampai Oktober 2017 bahasa daerah yang telah diidentifikasi dan divalidasi 652 bahasa dari 2.452 pengamatan. Dengan jumlah itu, Indonesia merupakan negara dengan bahasa daerah terbanyak nomor dua di dunia setelah Papua Nugini. Disebut dalam data BPS pada 2011 tentang profil bahasa daerah, 79,5 persen penduduk masih berkomunikasi sehari-hari di rumah tangga dengan menggunakan bahasa daerah. Dari tahun 2011 sampai 2017, dari 652 bahasa daerah yang telah didokumentasikan dan dipetakan baru 71 bahasa daerah yang telah dipetakan vitalitasnya. Dari data tersebut, 19 bahasa daerah terancam punah, dua bahasa daerah kritis dan 11 bahasa daerah sudah dipastikan punah.

Baca juga : Renungan Saraswati, Ilmu dalam Diri dan Ilmu di Luar Diri

Laman: 1 2