Connect with us

POLITIK

Disabilitas Bukan Cuma Tugas Kemensos, Komitmen Rektor UNHI GBS Terima Mahasiswa Disabilitas

Published

on

Denpasar, JARRAKPOS.com – Penyandang disabilitas masih merasa didiskriminasi dalam hal kesempatan untuk memperoleh Pendidikan, lowongan bekerja seperti menjadi PNS (pegawai negeri sipil), fasilitas publik yang ramah penyandang disabilitas. Hal itu disampaikan beberapa orang peserta yang hadir dalam Sosialisasi 4 Konsensus Kebangsaan MPR RI di Sekretariat Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali, Minggu (15/11/2020) yang disampaikan Anggota MPR RI, I Wayan Sudirta, SH. Walaupun, dengan diundangkannya UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, sudah ada 10 Kementerian yang menangani permasalahan ini, realisasi di lapangan oleh berbagai kementerian sampai pemerintah daerah belum memuaskan.

1bl#bn-8/11/2020

Yang menarik, Rektor Universita Hindu Negeri Gusti Bagus Sugriwa, Prof. Dr. IGN Sudiana, M.Si, yang tampil secara virtual, menyatakan, berkomitmen untuk menerima penyandang disabilitas untuk menjadi mahasiswa di kampusnya. Sebab, menurut Rektor UNHI BGS ini, menurut ajaran suci Hindu, yang pertama harus dibantu adalah orang cacat, orang miskin serta sulinggih. Sudiana menyatakan hal itu, menanggapi permintaan Wayan Sudirta, agar kampus universitas Hindu tersebut berkomitmen merealisasikan isi UU tentang Penyandang Disabilitas tersebut. ‘’Kami siap, apalagi ini merupakan perintah undang-undang,’’ ujar Sudiana.

Dalam paparan dan tanya jawab yang berlangsung 3 jam dan ditayangkan secara virtual selain yang ‘’offline’’, cukup banyak yang menyampaikan tanggapan dan masukan ke pemerintah, soal dirasakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap penyandang disabilitas ini. Tanggapan antara lain disampaikan Nyoman Sukadana dari sebuah Yayasan penyandang disabilitas, Dewa Ayu Dwiyanti, SH, Made Raka Suarna, SH, Drg Nyoman Suartanu, Dr. Made Alit Putrawan, S.Ag, Ida Made Sugita, Ketut Triono, Mas Mahayadi, Ledang Asmara, Pasek Linggawasa. Sudirta juga memaparkan, bahwa dengan adanya undang-undang ini, penyandang disabilitas ini tidak cukup diperhatikan dengan pola belas kasih, tetapi bahwa mereka juga memiliki hak.

1bl#ik-4/11/2020

Berhak mendapat Pendidikan dan tidak boleh didiskriminasi, berhak memperoleh kesempatan untuk mendapat pekerjaan agar bisa hidup mandiri, serta berhak atas fasilitas-fasilitas publik yang harus ramah penyandang disabilitas. ‘’Kalau mendengar aspirasi dan masukan para peserta, termasuk mereka yang secara aktif mendedikasikan waktunya membantu penyandang disabilitas, memang kita perlu mendorong pemerintah daerah serta kementerian yang tugasnya membidangi penyandang disabilitas, agar ada program nyata untuk mereka,’’ ujar Sudirta.

Kalau sekarang belum sempurna, lanjut Sudirta, kita harus melakukan hal-hal nyata. Walaupun belum bisa berbuat banyak, katanya, masih dalam paradigma belas kasih, karena itu yang mampu dilakukan, sejak tahun 2003, Sudirta bersama organisasi KORdEM Bali yang dibentuk oleh 18 organisasi dan LSM, melakukan bantuan-bantuan charity tersebut. Mereka memperjuangkan pengobatan gratis untuk warga miskin, penderita kulit bersisik, lumpuh layu, termasuk orang struk yang sangat miskin. Belakangan, sejak duduk sebagai fungsionaris PDI Perjuangan dan Anggota DPR, Sudirta turun juga berama Pengurus Ranting PDIP di desa-desa, membawakan bingkisan beras dan uang saku.

1bl#ik-11/10/2020

‘’Pola belas kasih memang tidak menyelesaikan permasalahan penyandang disabilitas, tapi sebelum mereka menerima program dari negara, itulah yang dapat kita lakukan,’’ ujar Sudirta. Di akhir acara, para peserta sosialisasi sepakat membentuk Pemerhati Penyandang Disabilitas, dengan pengurus Made Sukaartha, SH, Dewa Ayu Dwiyanti, SH, Dr. Made Alit Putrawan, S.Ag dan Nyoman Sukadana,SH. Forum ini akan menindaklanjuti aspirasi yang muncul dalam sosialisasi. Antara lain, tentang harapan agar Pura Kahyangan Jagat yang ramah penyandang disabilitas, program pemerintah yang mengatensi para penyandang disabilitas agar tidak lagi mengalami diskriminasi dan setara dengan warga normal lainnya. ‘’Silakan audiensi, saya bersedia mendampingi bila diminta,’’ kata Sudirta. ora/jmg/ksm

Advertisement
Continue Reading
Advertisement