Connect with us

EKONOMI

Dijajah Produk Luar Bali, Gubernur Koster Bangkitkan Produksi Tekstil dan Kain Tenun Sutra Asli Bali

Published

on

[socialpoll id=”2522805″]


Denpasar, JARRAKPOS.com – Pengusaha dan Pengrajin Kain Tenun, I Gusti Made Arsawan berharap masyarakat Bali mampu kembali menjawab potensi produksi tekstil asli Bali. Produk kain duplikat yang produksi massal saat ini dinilai sudah membuat daya saing tektil Bali melemah. Dengan kembali bangkitkan produksi tenun dan tekstil Bali seiring peningkatan kualitas kepariwisataan, diharapkan produk ini akan menciptakan peluang pasar yang baik. Hal itu juga sesuai dengan arahan Gubernur Bali Wayan Koster untuk mengangkat produksi tekstil khususnya kain sutra asli Bali, agar tidak dijajah oleh produk luar Bali. “Sayangnya SDM (penenun, red) kita sekarang masih sedikit utamanya dengan teknokogi produksi tradisional. Makanya datang produk dari luar mengcover kebutuhan tektil Bali,” ungkapnya di Denpasar, Senin (26/11/2018).

Ik-10/11/2018

Tim Dekranasda Provinsi Bali ini menjelaskan, Bali memiliki beberapa jenis kain yang mampu diserap di dunia pariwisata atau kebutuhan upacara masyarakat Bali sendiri. Produksi kain berkualitas asli buatan penenun Bali seperti kain gringsing, cepuk dan bebali. Produk ini semakin terpinggirkan karena faktor pendukungnya juga berkurang. Kondisi ini juga didukung masyarakat Bali yang lebih memilih menjadi pedagang karena hasil produksi yang dihasilkan sendiri kalah saing dengan produk massal (buatan mesin, red) dari luar yang harganya jauh lebih murah namun dengan kualitas kurang bagus. Kondisi inilah yang menjadi pemikiran pengusaha Bali agar mampu kembali membangkitkan potensi kerajinan tenun dan tekstil asli Bali. Apalagi pemerintah sangat getol memberikan perlindungan dan akses pasar bagi produk lokal. Tersedianya SDM di bidang ini juga harus didukung pemerintah melalui dunia pendidikan dan membangkitkan kembali sentra-sentra produksi.

Baca juga :

Gubernur Koster Serius Tertibkan Mafia dan Toko “Shopping” Ilegal, Pemerintah Tiongkok Respon Positif

Advertisement

Sementara dari sisi ketersediaan bahan baku, Gusti Arsawan berharap pemerintah melalui Dinas Pertanian mampu memfasilitasi dari sisi produktifitas bahan baku. Upaya ini dipandang perlu agar Bali mandiri dari sisi penyediaan benang sutra dan pemintalan benang sendiri. Diakuinya untuk saat ini produkai tenun dan tektil di Bali masih bergantung dari bahan impor sehingga kalau bisa dibuat sendiri maka akan menjadi kekuatan besar bagi kebangkitan produksi tekstil Bali. “Bahan baku saat ini masih kita impor, dan produksinya juga masih terbatas. Kalau bisa buat sendiri lebih bagus, lokasi tanamnya akan dijadikan destinasi. Disana ada yang menenun dan ada unsur edukasinya dan segala macam. Kita tonjolkan sisi craftnya. Kini penenun tidak bangga lagi jadi penenun sehingga perlu kembali dilakukan peningkatan kualitas produksi dan tersedianya SDM,” harapnya.

Menjawab terbukanya peluang produksi tekstil ini, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si mengatakan siap memfasilitasi penenun Bali dari sisi ketersediaan bahan baku. Untuk produksi benang dari ulat sutra akan dikondisikan dengan pemamfaatan tanah milik Pemprov Bali seluas satu hektar di Desa Luwus, Tabanan. Sementara untuk kebutuhan kapas untuk dijadikan benang sudah bisa dipenuhi dari hasil produksi di Kabupaten Buleleng dan Karangasem. “Rencana sudah kita jajaki untuk menanam 200 pohon murbei di aset lahan Pemprov Bali yang ada di Luwus. Karena tanaman murbai sebagai makanan ulat sutra cocoknya diketinggian 500 meter diatas permukaan air laut,” ungkapnya. Selanjutnya Wisnuardhana menjelaskan akan terus berkordinasi dengan pelaku usaha terkait kebutuhan bahan baku sehingga bisa dikembangkan terus bersama petani.

Baca juga :

Gubernur Koster Hapus Praktik “Zero Tour Fee”, Dorong Keselamatan dan Kenyamanan Wisatawan Tiongkok

Advertisement

Untuk penyediaan pohon murbei akan diutamakan jenis pohon yang tidak berbuah karena sangat disukai ulat sutra. Penjajakan bibit juga dilakukan berkoordinasi dengan UPT Perhutanan sehingga benar-benar didapatkan bibit pohon murbei berkualitas kendati harus didatangkan dari luar Bali. Sementara untuk produksi benang bila dirasa masih kurang akan dikembangkan penanaman pohon kapas hingga ke Pulau Nusa Penida. “Kalau ada potensi disana akan kita kembangkan karena tanaman kapas sangat cocok di dataran kering. Ini bagian dari tugas kami untuk menyiapkan bahan baku untuk pengembangan tektil baik sutra alam Bali maupun kain tekstil dari kapas produksi Bali,” jelasnya, seraya berharap produksi kain tenun dan tekstil Bali ke depan semakin berkembang dan bisa diserap pasar dengan baik. “Karena kita bicara kualitas dan terbukanya pasar bagi pengrajin,” imbuhnya. eja/ama