Connect with us

POLITIK

Bulan Bung Karno, Wayan Sudirta Berbagi untuk Krama Cacat

Published

on

Karangasem, JARRAKPOS.com – Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, I Wayan Sudirta, SH., kembali turun lagi ke warga, membagi-bagikan beras dan masker untuk Krama cacat di Desa Adat Telengan, Kedesaan Gegelang, Kecamatan Manggis, Karangasem yang terdampak Covid-19, Jumat (26/6/2020). Dibantu Relawan, Tenaga Ahli DPR RI, Pengurus KORdEM, pengurus PDI Perjuangan di kecamatan dan desa, Sudirta menggelontor 2 ton beras di 12 desa di Kecamatan Rendang, Kecamatan Selat, Kecamatan Sidemen, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Khusus di Desa Manggis, diwakili melalui perwakilan, Sudirta menitipkan beras untuk tiga orang warga cacat yang kurang mampu, didampingi Bendesa Adat dan Pengurus PDI Perjuangan Kecamatan Manggis, Wayan Suita Ariana.

1th-Ik#29/4/2020

Sampai penyerahan 2 ton beras pada 26 Juni 2020, Sudirta sudah menggelontor 11,636 ton beras untuk Kab. Karangasem, Jembrana, Tabanan, Badung dan Bangli. Warga pertama bernama I Tumpek (62), yang sejak lahir sudah buta, dan kini hidup bersama saudara dan adik ipar perempuannya. Untuk menyambung hidup, ia menganyam keset dari sabut kelapa. ‘’Kalau ada yang perlu, saya jual, dan uangnya untuk beli beras dan lainnya,. Hasilnya tidak seberapa, dan sudah lama tidak ada yang membeli,’’ kata Tumpek, yang tinggal di rumah sangat sederhana, bertembok dan lantai tanah, yang compang camping disana sini. ‘”Saya belajar ini saat sekolah di Dria Raba, Denpasar,’’ ujarnya.

Warga kedua, bernama I Saken, tinggal bersama seorang anak lelakinya yang masih SD. Kedua kaki dan tangan Saken tidak utuh, dan untuk menyambung hidup, ia dibantu oleh saudaranya. “Dulu saya bekerja serabutan di daerah wisata Kuta, tetapi sekarang sudah tidak bisa lagi,’’ ujarnya. Rumahnya terletak di kaki bukit yang cukup terjal untuk bisa sampai kesana. Warga ketiga, seorang ibu tua bernama Men Toya (70), sudah buta sekitar sejak 16 tahun lalu, tinggal bersama suaminya. Suaminya sehari-hari membuat anyaman kurungan ayam dari bambu. Rumahnya berada di kaki bukit yang hanya bisa dilintasi melalui jalan setapak, agak licin dan harus mendaki.

1bl-bn#1/4/2020

Karena perkawinan mereka tidak mendapat anak, Men Toya dan suaminya dirawat oleh keponakannya, yang menetap langsung di pekarangan rumah dalam tegalan tersebut. Tidak ada listrik, airnya berasal dari air hujan, rumahnya bertembok bata sederhana, kamar tidurnya lembab dan semrawut bersama keranjang ayam yang dikerjakan suaminya. ’Kami menyampaikan terimakasih kepada Pak Sudirta, atas titipan ini, semoga beliau selalu sehat dan diberi rezeki terus menerus untuk berbagi,’’ kata Men Toya.

Selain menyumbang beras, sejak tahun 2003, Sudirta dan sejumlah aktivis yang mendirikan KORdEM Bali, sudah memperjuangkan dan mendampingi puluhan warga miskin yang cacat, sakit lumpuh layu, kulit bersisik, jatuh dari pohon kelapa atau pohon cengkeh saat jadi buruh petik; mendapatkan pengobatan gratis di rumah sakit. “Kita tegaskan lagi, sumbangan kecil ini hanya untuk membantu meringankan kesulitan warga, bentuk kegotongroyongan yang diajarkan Bung Karno maupun para leluhur kita di Nusantara ini,’’ ujar Sudirta. tim/ama/ksm

Advertisement
Continue Reading
Advertisement