Connect with us

PARIWISATA

Baru Disidak Komisi IV DPRD Tabanan, Helipad di WBD Subak Jatiluwih Lenyap

Published

on


Tabanan, JARRAKPOS.com – Komisi IV DPRD Tabanan akhirnya turun menggelar sidak terkait kabar dugaan penyalahgunaan pemanfaatan terasering di kawasan Jatiluwih Tabanan untuk helipad. Anggota dewan turun untuk mengecek kebenaran kabar tersebut, karena kawasan itu ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh Unesco. Karena itulah, Komisi IV DPRD Tabanan langsung melakukan kunjungan Lapangan ke WBD Subak di Desa Jatiluwih, Penebel, Tabanan, Senin (27/5/2019).

Ik-23/5/2019

Sidak rombongan Komisi IV DPRD Tabanan tersebut dikatakan untuk memeriksa keberadaan helipad dan ketika berada dan dicek langsung di lokasi ternyata sudah lenyap. “Kita disana tidak melihat keberadaan helipad tersebut dan sudah tidak ada lagi,” ungkap Sekretaris Komisi IV DPRD Tabanan, I Made Wirawan, SE ditemui di Tabanan, Selasa (28/5/2019), seraya menghimbau meskipun tidak ada lagi ditemukan helipad, pengelola Jatiluwih harus tetap menjaga warisan budaya dunia.

Baca juga : Ngobrass Sayangkan Situs Resmi Kepariwisataan Bali hanya Link Gratisan

“Karena kita disorot oleh Unesco akibat adanya helipad di kawasan WBD Subak Jatiluwih, kita langsung meninjau kesana. Dan kami lihat sudah tidak ada lagi dan landasannya sudah ditumbuhi rumput-rumput, dan luas helipadnya hanya berukuran 3×4 saja. Hanya saja tempatnya yang dipermasalahkan oleh Unesco ada perubahan terasering menjadi landasan helipap,” ucap politisi senior PDI Perjuangan asal Kediri itu, sekaligus menyebutkan menemukan luasan lahan subak berkurang karena beralih fungsi jadi tegalan.

Ik-27/5/2019

Ditegaskan, selain meninjau keberadaan helipad di kawasan WBD Jatiluwih, pihaknya juga menemukan luasan subak hanya 207 ha. Padahal sebelumnya subak yang menjadi WBD di Desa Jatiluwih seluas 300 ha. Namun dipastikan berkurangnya luasan lahan tersebut hanya dialihfungsikan menjadi tegal, bukan beralih fungsi mendirikan bangunan. Dari hasil pengecekan itu, lahan subak yang beralihfungsi hanya disebabkan sistem perairan yang terus berkurang dari tahun-tahun sebelumnya.

Baca juga : Virgin Beach dan Bukit Asah Desa Bugbug Segera Disulap Jadi Destinasi Wisata Berkelas Dunia

Advertisement

“Saya melihat luasan Subak di Jatiluwih berkurang, disebabkan karena kondisi perairan yang terus berkurang, sehingga lahan tersebut dialihfungsikan menjadi tegal. Namun dipastikan tidak ada bangunan disana” paparnya sekaligus berharap kepada para pengelola Jatiluwih serta OPD yang terkait, agar tetap melakukan koordinasi masalah bangunan. “Harus dikoordinasi mana daerah mana yang boleh dibangun dan daerah mana juga yang tidak boleh dibangun,” tandasnya. tra/ama