Connect with us

PARIWISATA

Sulap Ramah Wisman Muslim di Bali, Jadi Ancaman Pariwisata Nasional

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Ide Menteri Pariwisata Wishnutama yang akan membuat kebijakan dengan menyulap pariwisata ramah wisman muslim di Bali, dinilai salah dan tidak berfikir holistik tentang pariwisata berkelanjutan terus menuai kritikan. Kali ini disampaikan Praktisi Pariwisata, Jero Gede Witama saat dihubungi, Senin (11/11/2019). “Pariwisata merupakan pendongkrak PNB (Produk Nasional Bruto) Indonesia yang sudah terbukti bertahun-tahun benar dan Bali menjadi pariwisata unggulan Indonesia dan menjadi salah satu destinasi terbaik dunia,” jelasnya agar jangan sampai istilah itu malah membuat pariwisata kita terkesan tidak terbangun dengan baik sesuai permintaan Wisman.

1bn#Ik-9/11/2019

Menurutnya arahan menteri menjadikan Bali ramah wisatawan muslim merupakan tindakan yang keliru dan salah. Bahkan kembali mencuatnya pemikiran seperti ini justru akan mengancam kepariwisataan nasional karena menimbulkan kontraproduktif di masyarakat. Ini juga menegaskan bahwa menteri Wishnutama tidak mengerti bahwa orang Islam (Wisman Muslim) telah berwisata sejak dulu ke Bali. Bahkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan berdasarkan konsep budaya sudah mengakomodir banyak hal menciptakan keramahan bagi semua wisatawan yang berkunjung.

Baca juga : Menpar Wishnutama Harus Perhatikan Pariwisata Tanpa Label Agama

Jangan sampai ini malah seakan-akan kembali mewacanakan pariwisata sariah yang justru membuat potensi yang sudah terbangun dan diterima secara luas malah menjadi terusik. “Kita sudah selalu ramah dan sekarang maksudnya supaya bisa membuat pariwisata sariah?. Menteri yang mimpi disiang bolong dan akan merugikan negara Indinesia dan Bali pada kususnya. Ini pasti akan ditentang oleh para tokoh Bali dan pengusaha-pengusaha Bali. Karena akan menghancurkan lariwisata Bali dan Indonesia. Menteri ini hanya mencoreng Bapak Jokowi yang telah dipercaya rakyat Bali (92%) dukung Pak Jokowi,” tegasnya.

3b#Ik-14/6/2019

Menurutnya pariwisata yang ada di Indonesia harus dikembangkan menjadi produk unggulan sesuai kearifan lokal masyarakat setempat. Perlu menjadi catatan dan pemahaman yang penting bagi pemegang kebijakan bahwa pengembangan pariwisata Indonesia adalah budaya sehingga sudah mencakup banyak kepentingan dalam pengembangannya dan tidak perlu memaksakan kawasan yang sudah mengembangkan kepariwisataannya dengan baik agar dikatakan ramah Wisman Muslim atau membangun potensi budaya sariah.

Baca juga : Bali Tolak Disulap Jadi Pariwisata Ramah Wisman Muslim

Advertisement

“Hanya dengan pariwisata budaya yang akan memberikan daya saing dan daya jual (competive dan comperative advantage) di mata dunia. Menteri mesti harus melakukan porfolio analysis dan SWOT sebelum menentukan kebijakan di bidang Pariwisata Indonesia. Pariwisata Indonesia akan bersaing di tingkat Asia dan Dunia. Dan artinya apa? Menteri kita ini kurang cocok jadi Menparkref untuk berkompetensi di bidang pariwisata dunia. Kalau ini terus diwacanakan berarti beliau tidak cocok jadi menteri mewakili Bapak Presiden Jokowi,” sentilnya. eja/ama