Connect with us

PARIWISATA

Soal Keramahan Wisatawan Muslim di Bali, Sudirta Minta Wisnuthama Belajar Obyektif dan Representatif

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Anggota DPR RI Dapil Bali, I Wayan Sudirta, SH menyayangkan pernyataan Menteri Pariwisata, Wisnuthama terkait berbagai kutipan di media akan menyulap Bali dan Toba lebih ramah terhadap wisatawan Muslim. Ia minta Menpar jangan melontarkan pernyataan yang mengkotakan golongan dan kelompok, tapi mesti melihat fakta obyektif secara sosial maupun historis. Sejak ratusan tahun masyarakat Bali sangat ramah dan toleran terhadap pendatang, baik Budha, Kristen, maupun Muslim. ‘’Kalau benar ada pernyataan seperti itu, artinya memojokkan orang dan pariwisata Bali yang seakan-akan tidak ramah terhadap wisatawan Muslim. Padahal, sampai Raja Salman berlibur di Bali dan memperpanjangnya beberapa hari, satu pun tidak ada keluhan bahwa Bali tidak ramah bagi Muslim. Karena sejatinya, Bali mengembangkan Kepariwisataan berbagis budaya, keramahannya untuk semua umat manusia, bahkan semua makhluk, sesuai ajaran Tri Hita Karana memuliakan sesama manusia, alam dan Tuhan,’’ ujar Sudirta saat dihubungi, Minggu (10/11/2019).

Kalau Menpar mau membuka catatan sejarah, bagaimana raja-raja Bali di Buleleng, Jembrana, Badung, Klungkung, Karangasem, dan lainnya, bersikap sangat baik terhadap saudara Muslim, dengan diberikannya tanah-tanah untuk membangun perkampungan Muslim, itu mematahkan ujaran seakan Bali tidak ramah bagi wisatawan Muslim. ‘’Jangankan wisatawan, semeton Muslim sudah ratusan tahun berinteraksi sosial dengan masyarakat Hindu di Bali tanpa pernah ada diskriminasi, toleransi yang sangat indah. Justru wacana-wacana seperti yang dilontarkan Menpar bisa memprovokasi suasana yang sudah rukun akan tergosok-gosok, membuat orang tersingggung, dan menimbulkan suasana psikologis yang tidak nyaman. Jangan sampai tanpa disadarinya, pernyataan Menpar justru mengadu domba umat Hindu dengan umat Muslim,’’ sambungnya. Bahkan dalam konteks pengembangan pariwisatanya menampilkan kearifan lokal Bali dengan mengembangkan Kepariwisataan Budaya, dan tahun 2012 diketok palu menjadi Perda No.2 Tahun 2012. Isi Perda tersebut merupakan sari-sari kearifan lokal Bali yang telah dibangun ratusan tahun dan tidak pernah ada wacana pariwisata Bali bersifat diskriminatif pada golongan wisatawan tertentu.

Baca juga : Made Urip Turba Ngaturang Punia Dua Ekor Kebo Yus Merana

Sudirta juga minta Menteri Pariwisata Wisnuthama mendengar dan menyerap lebih banyak lagi tentang nilai-nilai budaya Bali, menyandingkannya dengan prinsip-prinsip bernegara yang berdasarkan Pancasila dan menjaga budaya Nusantara yang bhinneka ini secara baik. Sudirta coba menggambarkan bagaimana saudara Muslim di Bali telah berinteraksi sosial sangat dekat, dengan menggabungkan nama Bali dengan nama Muslim, seperti misalnya nama Ketut Syahruwardi Abbas, dimana Ketut diambil dari nama Bali, dan Syahruwardi jelas nama Muslim.

Advertisement

Bersambung….

Laman: 1 2