Connect with us

POLITIK

Jelang Pemilu 2019, Penglingsir Puri Paguyangan Jadi Agen Perubahan Generasi Milenial

Published

on

[socialpoll id=”2522805″]


Denpasar, JARRAKPOS.com – Puri Peguyangan Denpasar sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya memfasilitasi kegiatan diskusi publik untuk meningkatkan partisipasi generasi muda dalam dunia politik. Mengangkat tema “Beda itu Biasa, Komunikasi adalah Kunci Toleransi dalam Pemilu 2019” diikuti komponen generasi muda lintas prosesi se-Kota Denpasar, Minggu (16/12/2018). Diskusi menghadirkan dua narasumber yakni mantan aktifis kampus Undiksa Singaraja, Made Surya Hermawan dan Direktur Riset Cirus Surveyor Group (Lembaga Penelitian Politik) Kadek Dwita Apriani, S.Sos. MIP.

Dalam diskusi terungkap dari jumlah penduduk Indonesia lebih dari 250 juta jiwa tercatat 192 juta sebagai pemilih dalam Pemilu. Dari angka itu 34 persen di dalamnya adalah kalangan milenial (generasi muda) dengan kemampuan mengakses internet hingga 84 persen. Direktur Riset Cirus Surveyor Group, Kadek Dwita mengatakan kalangan melenial memiliki kecenderungan apatis pada politik atau partai politik. Kondisi ini sekaligus mengarahkan banyak partai pitik menggunakan cara-cara dan pandangan milenial dalam menyusun strategi politiknya. “Generasi muda selaku ingin potong proses, namun generasi yang terbuka akan berfikir untuk membawa perubahan. Masa dalam 20 tahun kedepan Indonesia akan sangat tergantung dari tiga hal, milenial, urban dan kelas menengah,” ujar Dwita.

Baca juga :

Advertisement

Wakil Rakyat “Sejuta Traktor” Bagikan 500 Ekor Kambing Produktif, juga Gelontorkan 10 Ribu Bibit Kelapa dan Kopi Unggul

Hal sama juga disampaikan Surya Hermawan, dimana semua kebijakan yang ada merupakan produk politik. Disinilah diperlukan partisipasi kalangan milenial didalam menentukan sikap politiknya. Karena politik mengatur seluruh kepentingan bangsa sehingga sangat menentukan nasib anak muda minimal untuk lima tahun kedepan. Di Pulau Bali angka golput dipandang cukup rendah dibandingkan angka nasional dan angka itu sebagian besar datang dari pemilih milenial. Pada Pileg 2019 mendatang dengan angka partisipasi peserta datang dari kalangan milenial sebesar 30 persen diharapkan mampu mengajak generasi muda untuk ikut melek dalam politik. Pemilih juga diharapkan mampu memahami calon mana saja yang bisa membuat perubahan untuk memenuhi harapan masyarakat. “Politik itu ilmu hidup, guru digaji Rp 350 ribu kan itu produk politik,” ucap pria yang juga berprofesi sebagai guru ini.

Penglingsir Puri Peguyangan Denpasar, A.A. Gede Ngurah Widiada, SH dalam kesempatan tersebut mengapresiasi diskusi publik yang dilaksanakan generasi muda lintas generasi di Pendopo Puri Peguyangan Denpasar. Widiada dalam sambutannya mengatakan, berbicara politik semua pihak harus berfikir terang. Melalui pemikiran-pemikiran cerdas dari generasi muda diharapkan mampu melahirkan inspirasi dan bukan malah menjadi momok yang menakutkan. Ia mengajak generasi milenial berani berhadapan dengan politik sesuai kualitas pemikiran masing-masing. Kekuatan ini akan menghantarkan generasi milenial mampu menghadapi dinamika politik sesuai zamannya. “Kami hanya mencoba mendorong, memberikan motifasi dan menginspirasi semoga pembumian pikiran dari teman-teman yang memiliki kapasitas dan melahirkan sebuah gerakan untuk kehidupan kita yang lebih baik,” harapnya.

Baca juga :

Advertisement

Dua Calon DPD RI “Satu Panggung”, Dek Ulik dan Gus Purba Justru Saling Dukung

Sebagai Penglingsir Puri, ia berharap Pemilu baik Pileg dan Pilpres 2019 berjalan dengan baik, jujur, adil dan kondusif. Perbedaan atau kontestasi yang menghangat diharapkan tidak sampai memecah persaudaraan dan persatuan utamanya di kalangan milenial didalam menyalurkan hak politiknya. Perbedaan dinilai sebagai hal yang wajar sehingga sangat tepat diskusi mengangkat tema “Beda itu biasa, komunikasi adalah kunci toleransi dalam Pemilu 2019”. Dipaparkannya, kesuksesan Pemilu ada pada komunikasi dan toleransi. “Kita harapkan anak-anak muda lintas profesi atau kelompok melenial yang bisa menentukan arah kebijakan negara. Sadar politik baik praktis maupun politik strategis dalam konsep kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau rakyat tidak mau peduli dengan politik bagaimana orang baru bangun sudah diatur oleh politik. Cara menbangun kepekaan dalam ruang demokrasi melakui sebuah rembug atau diskusi. Dan belajar dari sejarah yang terjadi kita bicara kekuatan masyarakat,” tegas politisi Partai Nasdem ini.

Diakhir acara Widiada menyampaikan, fungsi puri sebagai pengayoman untuk menjaga mandat sebagai elemen masyarakat di Bali. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat khususnya generasi muda menyikapi dinamika politik secara cerdas dan bergembira agar tidak menciptakan gesekan dalam ajang kontestasi. Sebagai figur puri yang menjadi salah satu Caleg dalam Pileg 2019, seorang politisi sejati harus terbuka menerima konsekuensi pilihan rakyat. Melalui gerakan-gerakan anak muda, Puri Peguyangan Denpasar juga ingin menjadi garda terdepan mengawal komitmen berbangsa dalam menjaga ideologi Pancasila agar tercilta iklim demokrasi yang berkualitas. Mulai adanya tanda-tanda menyusutnya kepercayaan masyarakat terhadap politisi dan partai politik jangan sampai membuat generasi muda untuk tidak bergerak dan membiarkan seakan-akan demokrasi jalan ditempat. “Mari membuat keteladanan bersama generasi muda, dimana puri sebagai agen perubahan yang positif. Kalangan muda sangat apreori melihat politik karena disadari kebusukan terjadi karena prilaku elit politik sehingga partai tidak mendapatkan kepercayaan. Sebagai anak negeri tidak boleh menyerah sampai disitu,” harapnya. eja/ama

Advertisement