Connect with us

EKONOMI

Hebat! Sipadu Hanya Ada di Bali, Kini Berkembang ke Seluruh Indonesia

Published

on

[socialpoll id=”2542672″]


Tabanan, JARRAKPOS.com – Kementrian Sekretariat Negara RI melalui Deputi Ketahanan Pangan dan Sumber Daya Hayati meninjau perkembangan Sipadu (Sistem Pertanian Terpadu), di Simantri 356, Gapoktan Sari Buana, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Kamis, (28/32019). Kunjungan dalam rangka pengumpulan data dan informasi mengenai perkembangan Sipadu ini dihadiri Asisten Deputi Ketahanan Pangan dan Sumber Daya Hayati, Setio Sapto Nugroho dan Kepala Sub Bidang Perkebunan dan Peternakan, Gito Kuncoro didampingi oleh Pakar Simantri yang juga Kepala UPT Pertanian Terpadu, Dr. I Wayan Sunada, S.P.,M.Agb.

.

Dalam kesempatan tersebut perkembangan Sipadu sangat diapresiasi karena memiliki konsep dan tujuan yang sangat baik untuk kesejahteraan kelompok. Selain dalam pelestarian sapi Bali, Sipadu juga dinilai mampu meningkatkan pendapatan kelompok dua kali lipat dari hasil pengolahan limbah ternak dan integrasi ke bidang pertanian secara luas. Tampak perkembangan Sipadu 356 yang berdiri sejak tahun 2013 tersebut sudah mampu menghasilkan anak sapi yang unggul dari hasil kawin IB, pengolahan limbah padat maupun cair menjadi pupuk yang dapat digunakan langsung ke tanaman (tampak pertanian organik disekitar Sipadu 356, red).

Baca juga : Era Tranformasi Pegadaian Target Laba Berlipat di Tahun 2023

Melalui Sipadu petani mengurangi biaya dalam pembelian pupuk dan terciptanya produk pertanian sehat karena menggunakan pupuk organik. Dari sisi harga pupuk yang dihasilkan juga lebih mahal dibandingkan produk dari perlakuan kimia. Sehingga bila stok pupuk berlebih maka kelompok bisa menjual pupuk tersebut ke masyarakat umum, sehingga kelompok tidak hanya menunggu hasil penjualan dari anak sapi saja. Asisten Deputi Ketahanan Pangan dan Sumber Daya Hayati dan Kepala Sub Bidang Perkebunan dan Peternakan mengatakan program Sipadu hanya ada di Bali dan Satu-satunya di Indonesia. Sehingga harapan kedepan agar program Sipadu dapat diadopsi menjadi kegiatan pusat dan dapat diimplementasikan ke daerah-daerah lain di Indonesia.

Advertisement

.

Kegiatan Sipadu dilengkapi dengan instalasi biogas yang merupakan sumber energi terbarukan yang dimanfaatkan oleh kelompok untuk memasak, lampu penerangan, bahkan untuk tenaga listrik dengan genset khusus biogas. Perkembangan kegiatan Sipadu 356 ini juga menjadi pelopor munculnya beberapa Sipadu mini oleh masyarakat sekitar. Selain melihat pertanian organik disekitar areal Sipadu 356, rombongan juga melihat budidaya ulat sutra yang sedang dikembangkan oleh kelompok. Ulat sutra yang dikembangkan oleh kelompok adalah jenis ulat Samia Cynthia Ricini. Dengan harga jual cukup tinggi yaitu Rp 100.000/kg dan juga pupa dari ulat memiliki protein yang tinggi sehingga dapat juga menambah pendapatan kelompok.

Baca juga : 28 Tahun Mati Suri, Desa Tangguntiti Seltim Hidupkan Kembali LPD

Kepala UPT Pertanian Terpadu, Wayan Sunada menjelaskan Sipadu 356 sering dikunjungi oleh tamu manca negara, sehingga kegiatan yang ada di Sipadu 356 dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan asing untuk berkunjung. Kedepan Sipadu juga dapat mengembangkan kegiatannya menjadi tempat agrowisata bagi wisatawan lokal maupun wisawatan asing. “Sambil melihat kegiatan pertanian organik, wisatawan asing juga dapat menikmati jus sehat dari sayuran organik yang dibuat oleh ibu-ibu KWT, sehingga hal ini juga dapat menambah pendapatan dari kelompok,” jelas perancang Simantri besbasis SIG (Sistem Informasi Geografis) ini. eja/ama