Connect with us

EKONOMI

Harga Jeruk Anjlok di Bali, Petani Belum Tentu Merugi

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Harga jeruk anjlok hanya 3 ribu per kilo membuat para petani kelimpungan. Petani mengeluhkan saat musim panen harga jeruk kembali turun drastis. “Kita sudah turunkan tim dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura melihat kondisi seperti itu, sekaligus pendekatan para petani jeruk akan dipasilitasi agar tidak merugi,” ungkap Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali, Ir. IB Wisnuardhana, M.Si ditemui di Denpasar, Rabu (19/6/2019), seraya menyebutkan Jeruk Kintamani itu sentra produksinya terluas di Kabupaten Bangli dengan total luas kebun 6 ribu hektar di Bali.

3b#Ik-14/6/2019

Selama ini, sudah terdata jumlah populasi jeruk di Bali sekitar 6 juta pohon dengan produktifitas per hektar sebesar 10 ton. Sehingga produksi bisa mencapai 60 ribu ton per tahun. Karena itu, setiap puncak panen seperti saat bulan Juni sampai Agustus harga jeruk akan turun. Sayangnya lagi, puncak panen jeruk ini, juga terjadi di seluruh Indonesia di bulan Juni, sehingga wajar saat sentra produksi panen, maka harganya jatuh. “Puncak panennya Juni. namun sampai Agustus bahkan September. Sehingga harganya 3 ribu dari harga 6 ribu per kilo,” kata pejabat ramah media itu.

Baca juga : Harga Daging Ayam Anjok, Pasokan Luar Serbu Bali

Di sisi lain, birokrat asal Tabanan ini menanyakan, apakah petani merugi harganya Rp3 ribu perkilo? Meskipun memang hitung-hitungannya Rp5 ribu per kilo, namun itu biaya investasi pertama, termasuk biaya bibit dan sarana produksi. Namun ketika panen berikutnya tidak sampai Rp5 ribu per kilo, apabila sudah lama berbuah. “Kan jika berbuah biaya produksinya ga mahal. Jangan-jangan cuma 3 ribu. Jadi saya yakin sampai Juli bahkan September harga jeruk akan naik dan petani pasti untung,” bebernya.

Ik-5/6/2019

Apa yang dilakukan pihaknya saat harga ketika harga jeruk jatuh bulan Juni ini dengan mendorong para kelompok tani punya peralatan penyimpan buah atau cold storage. Selain itu, rencananya akan dibangun alat pengawet buah di Celukan Bawang dengan aset lahan provinsi. “Jika itu dibangun semua produk pertanian peternakan dan produksi lainnya bisa diawetkan,” tegasnya seraya mengaku melakukan upaya lain mengantisipasi jatuhnya harga saat panen dengan melatih petani melalui teknologi yang bisa menyebabkan tidak serentak panen atau bisa menunda panen.

Baca juga : Bali Sabet Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tingkat Nasional

Advertisement

“Panen jeruk bisa mundur 2 sampai 3 bulan tidak serentak. Caranya dengan pemangkasan produksi dan penjajarangan buah. Beberapa kelompok tani sudah menerapkan, sehingga Jeruknya tidak panen di bulan Juni,” tambahnya. Disamping itu, untuk mengantasi harga jatuh sudah dilakukan MoU atau kerjasama dengan PT Great Giant Pineapple untuk pemasaran jeruk antar pulau. “Sudah disurvey dan akan membantu pemasaran antar pulau, sehingga jeruk saat puncak panen yang belum bisa terserap bisa diantar pulaukan,” jelasnya.

Ik-18/6/2019

Disebutkan, kerjasama antar pulau ini bisa dikirim dan dipasarkan ke Surabaya dan Jakarta, termasuk pedagang jeruk antar pulau sudah tandatangan MOU dengan beberapa petani di sekitarnya. “Sedang kita pikirkan tahun depan akan ada koperasi dan Kelompok Tani Jeruk untuk mengolah hasil jeruk berlebih sebagai minuman,” tutupnya. aka/ama

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Warning: Undefined variable $user_ID in /home/jarrakpos/public_html/wp-content/themes/zox-news/comments.php on line 49

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply