Connect with us

PARIWISATA

Bali Tolak Wisata Halal, Pariwisata Budaya “Diarabisasi”

Published

on


Badung, JARRAKPOS.com – Ketua Pusat Unggulan Pariwisata Univeraitas Udayana, Ir. A.A. Suryawan Wiranatha, M.Sc.Ph.D., menegaskan di Bali memiliki arah pengembangan pariwisata budaya yang dibangun secara berkelanjutan. Sehingga pengembangan ‘Pariwisata Halal’ di Indonesia jangan sampai menjadi sebuah polemik yang berlebihan di Pulau Dewata. Kekayaan alam yang didukung SDM pariwisata yang ada sudah sangat jelas menjadikan Bali sebagai destinasi kunjungan wisata dunia, sehingga banyak hal yang bisa disajikan dengan baik sesuai kebutuhan pasar. “Sebagai sebuah destinasi yang diminati dan dikunjungi oleh berbagai jenis pasar, kita bisa menerima semuanya dan kita berusaha memberikan layanan yang terbaik kepada semua jenis wisatawan, ungkapnya setelah dianugerahi ‘Global Hospitality Award’ oleh Global Hospitality Expert (GHE) di Hotel Sovereign, Kuta, Sabtu (13/7/2019).

1b#Ik-14/7/2019

Ketua Umum Paiketan Krama Bali ini juga menjelaskan, para praktisi pariwisata di Bali selama ini tidak sependapat bila pengembangan wisata halal juga dilakukan untuk arabisasi Pulau Dewata. Penolakan ini bukannya tidak beralasan, pasalnya semua potensi pasar yang menjadi kebutuhan wisatawan saat berkunjung sudah terpenuhi dengan baik melalui pengembangan pariwisata budaya yang telah dikemas secara berkelanjutan. Seperti halnya pemenuhan akan kebutuhan kuliner bagi wisatawan tidak saja menyediakan makanan halal namun juga hingga sajian makanan vegetarian. Tanpa harus menyebutkan identitas restaurant atau hotel berlebel halal, promosi pariwisata yang gencar dilakukan pelaku usaha bersama pemerintah sudah mampu menawarkan pelayanan sesuai kebutuhan wisatawan. “Wisatawan yang membutuhkan makanan yang halal tidak mereka (pelaku usaha, red) menyebut dirinya sebagai halal tourism atau hotel halal. Nanti kalau kita menyebut wisata ‘Halal’ nanti ada wisata ‘Haram’ kan gitu. Nah pada saat kita mempertunjukkan tarian hula-hula itu nanti kalau itu tarian dikatakan haram ya repot,” jelasnya.

Baca juga : Pertahankan Alam dan Budaya Bali, GHE Kawal Kepariwisataan Nasional

Sebagai sebuah destinasi yang diminati dan dikunjungi oleh berbagai jenis pasar, diterangkannya Bali sudah mampu disiapkan oleh pelaku usaha dengan baik. Bahkan Bali yang kini juga mengembangkan potensi wisata religi (wisata spiritual) oleh para praktisi pariwisata tetap menegaskan mereka mengembangkan semua konsep potensi daerah berdasarkan pengembangan pariwisata budaya. Ditegaskannya bila pengembangan pariwisata halal terkesan dipaksakan di Bali maka tidak menutup kemungkinan juga akan ada kesan pengembangan pariwisata haram, karena sebagai destinasi yang terbuka Bali siap dikunjungi wisatawan dari negara manapun. “Di Bali sejak awal berkomitmen akan tetap melanjutkan brand kita sebagai pariwisata budaya. Sebagian besar teman-teman alergi dengan istilah wisata haram-halal itu karena akan menimbulkan nanti konotasi lawannya wisata haram gitu jadi misalnya,” terang pria yang aktif membantu pemerintah dalam menyusun regulasi tentang penataan kepariwasataan nasional ini.

1b#Ik-12/7/2019

Memiliki wilayah pengembangan wisata yang luas di Indonesia, juga ditegaskannya akan menbuka banyak peluang dan potensi. Khusus di Bali pengembangan pariwisata budaya yang telah dilakukan sejak tahun 1930 benar-benat dilakukam secara holistic dan visioner. Hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara setiap tahunnya. Secara nasional penguatan empat pilar kepariwisata yakni destinasi, pemasaran serta industri dan kelembagaan sudah tampak sangat kuat dilakukan. Terlebih di Bali yang kini mendapatkan julukan The Best Destinasion In The World. Sehingga untuk menjadi sebuah destinasi yang memiliki keunggulan dan daya saing sudah seharusnya pengembangan pariwisata tidak diganggu oleh intervensi dari manapun, sehingga pengembangan bisa dilakukan sesuai karakter dan potensi daerah masing-masing.

Baca juga : Dua Cruise Internasional Singgah di Pelabuhan Benoa

Advertisement

Dicontohkannya, seperti kawasan pantai bila terjadi instilah wisata halal di Bali maka akan ada penolakan keras dari wisatawan. Tidak menutup kemungkinan perlakuan berbeda ini justru akan membuat banyak wisatawan yang akan berkunjung membatalkan niatnya untuk berwisata. “” Sekarang kita mau ke pantai kita berkeluarga bertiga, bapak, ibu, anak laki-laki kalau dipisah anak laki-laki dan bapaknya pergi ke pantai sebelah kiri ibunya ke pantai sebelah kanan. Kalau di Bali tidak mungkin ada seperti itu, karena kita sudah menerapkan budaya. Kalau sudah jelas seperti itu kan tidak sesuai dengan konsep wisata budaya kita berusaha untuk semua orang dan semuanya dikembalikan kepada diri masing-masing. Silakan kalau merasa tidak nyaman berada pada kondisi bergabung, yaa silahkan cari destinasi lain kan begitu,” terangnya mencontohkan. eja/ama

Continue Reading
Advertisement
2 Comments

2 Comments

  1. Ida Bagus Udayana Pidada

    16/07/2019 at 11:46 am

    Bali adalah Pariwisata Budaya yg bernafaskan Agama Hindu, tidak perlu isi label wisata Syariah kah wisata Halal kah. Ini sudah tidak sesuai dengan nilai Pancasila.. silahkan di aceh saja buatkan wisata Halal atau di lombok;juga bisa, tapi jangan di Bali. Seakan mereka memiliki tujuan atau grand design utk mengislamkan Pulau Dewata. Kami di Bali tidak mau di dikte oleh satu agama.

  2. Mulyadi

    15/07/2019 at 9:45 am

    Itu betul pak sya setuju.. kita di Indonesia sudah lahir dengan kebinekaan .. termasuk mkanan .. jangan sampai kebinekaan ini hancur gra gra cap halal haram.. itu SMA dengan membeda bedakan golongan.. kita di Bali sudah setuju dengan kebinekaan .. jangan sampai walau kita minoritas semua bisa di hall kan.. ingat ini Bali itu Indonesia .. Indonesia ..mna lain Indonesia mancanegara.. yg menerapkan Pancasila. Bhinneka tunggal Ika berbeda beda tetap satu .. jangan yang beda di satukan ..


Warning: Undefined variable $user_ID in /home/jarrakpos/public_html/wp-content/themes/zox-news/comments.php on line 49

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply