Connect with us

DAERAH

Kisah Pilu Dialami Kakak Beradik di Mengwitani, Kwarda Bali Angkat Jadi Keluarga Asuh

Published

on

Badung, JARRAKPOS.com – Kisah pilu dialami sepasang kakak beradik bernama Made Widiantara (19) dan Ni Komang Sukma Dewi (11) warga Banjar Panca Dharma, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Badung. Ayah Meninggal, Ibu Menikah Lagi, Kakak beradik ini terpaksa harus banting tulang bekerja untuk bertahan hidup. Di latar belakangi itu Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Bali, I Made Rentin mengunjugi kediaman kedua anak tersebut pada Selasa, 7 Juli 2020. Dalam kunjungan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Bali menyerahkan bantuan bahan pokok makanan dan peralatan belajar

I Made Rentin mengatakan kami Kwarda Bali akan mengangkat Made Widiantara dan Ni Komang Sukma Dewi menjadi keluarga asuh. Kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait agar bisa dibantu meringankan beban kedua anak ini. Perlu di ketehui sang ayah meninggal dunia sekitar tahun 2013, kemudian ibunya menikah lagi beberapa tahun kemudian. Ironisnya lagi, kakak beradik ini sebenarnya memiliki seorang kakak lagi. Namun, kakak tertuanya mengalami gangguan jiwa sehingga harus dirawat di RSJ Bangli. Selama ini Made Widiantara dan Ni Komang Sukma Dewi, hanya tinggal berdua di rumah sederhana peninggalan ayahnya.

“Saat ini mereka hanya tinggal berdua. Sebenarnya punya kakak tapi mengalami gangguan jiwa,” ungkap I Putu Agus Ariadi kakak misan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Made Widiantara harus bekerja. Pasalnya, Widiantara yang masih bersetatus pelajar kelas XII ini paginya harus sekolah di SMA Widya Brata Mengwi. Setelah pulang sekolah ia baru bekerja dengan membersihkan warung. “Dia kerjanya dari sore setelah pulang sekolah. Karena Covid warung tutup jadi sudah tidak bekerja lagi,” kata I Putu Agus Ariadi.

Tak hanya sang kakak yang bekerja, adiknya Ni Komang Sukma Dewi juga ikut bekerja sepulang dari sekolah. Komang Sukma Dewi yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) bekerja di tetangganya membuat canang untuk dijual. Setiap membantu membuat canang dia diberi upah Rp10 ribu.  Sementara Made Widiantara dan Komang Sukma Dewi saat ditemui di rumahnya mengakui mereka kesulitan untuk melunasi biaya sekolah selama dua tahun. Dimana biaya sekolah yang ditunggak diperkirakan hampir Rp 10 juta. Per bulan ia mestinya bayar sekolah Rp 400 ribu.

Advertisement

“Saya tak sanggup bayar (biaya sekolah), tapi kalau untuk makan saja masih bisa,” kata Made Widiantara. Dalam kunjungan ke rumah Made Widiantara dan Ni Komang Sukma Dewi didampingi sejumah pengurus Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Bali antara lain Wakil Ketua Usaha Kreatif Inovatif dan Pengembangan Sumberdaya, I Gusti Ayu Diah Yuniti, Bendahara Kwarda Bali, Putu Dewi A, Sekretaris Kwarda Nyoman Aryawan, Andalan Informatika Rudianto dan Dewan Kerja Daerah (DKD) Bali. mas/ama/*

Continue Reading
Advertisement