Connect with us

DAERAH

Ditawarkan “Jual Beli Kepala” Jelang Pencoblosan, Banuartha Pilih Adu Visi Misi daripada Bodohi Rakyat

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Menjelang pencoblosan Pemilu H-1 serentak Pileg sekaligus Pileg 17 April 2019, masyarakat harus benar-benar cerdas jangan sampai suara mereka dibeli atau diistilahkan dengan “jual beli kepala”. Padahal masyarakat harus bisa mempertimbangkan hal yang lebih utama seperti untuk kemajuan desanya, daripada hanya dibayar dengan harga yang sangat rendah. “Jangan sampai harga diri kita dibeli dengan harga murah. Saya sangat menghindari transaksi jual beli kepala hanya untuk mendapatkan kursi di DPRD, lebih baik saya beradu visi misi sehingga saya kedepanya bisa benar-bemar mengabdikan diri kepada masyarakat,” tegas Bendahara DPD I Partai Golkar Bali, Komang Takuaki Banuartha juga menjadi Caleg DPRD Kabupaten Gianyar, Dapil Sukawati nomor urut 4 dari Partai Golkar di Denpasar, Senin (15/4/2019).

Pihaknya mengaku tidak akan sampai mengambil jalan pintas sampai jua beli kepala. Pasalnya, itu merupakan suatu pembodohan kepada masyarakat serta tidak menunjukan suatu demokrasi yang cerdas. Lebih baik dirinya beradu visi misi dengan Caleg lain untuk memperlihatkan kemampuan Caleg dihadapan masyarakat. Banuartha melanjutkan, perhelatan Pileg dan Pilpres 2019 diharapkan masyarakat tidak lagi tertipu, dan bisa berpikir lebih dewasa dalam menyikapi transaksi jual beli kepala atau money politik. Sebab, dengan adanya transaksi tersebut para Caleg sudah pasti beranggapan mereka mempunyai deposit suara. Jadi masyarakat jangan berharap selama 5 tahun, masyarakat yang bertransaksi money politik jual beli kepala akan diperhatikan karena sebelumnya mereka sudah dibayar dimuka.

Baca juga : Golkar Bali Pastikan Pemilu 2019 Tak Ada “Serangan Fajar”

“Saya bertanya kepada masyarakat, apakah cukup masa depan anak cucunya dengan sedikit uang yang diberikan pada saat pencalegan? Jadi masyarakat harus berpikir akan kemajuan daerahnya, pilihlah orang yang mempunyai visi misi yang jelas untuk mengembangkan daerahnya,” paparnya seraya menambahkan, jangan menyalahkan Caleg yang lolos tidak akan memperhatikan pada saat sudah menjabat. Ditambahkan lagi, masyarakat harus bisa melihat kinerja Caleg yang bisa mengembangkan kemajuan di Dapilnya dengan intens. Bukan ketika dalam ajang perhelatan Pileg, para Caleg incumbent baru ingat dengan masyarakat apalagi terjun dengan iming-iming bansos didepannya. “Saya harap masyarakat bisa lebih pintar lagi dalam berpikir luas demi memajukan daerahnya,” harapnya Ketua Relawan Pemenangan Jokowi-Amin dari Jenggala Center Provinsi Bali itu.

Advertisement

.

Imbas buruk dari beli kepala sudah dipastikan akan memicu terjadinya kasus korupsi akan bertambah banyak, karena sudah mengeluarkan uang di depan hanya untuk menjadi seorang Caleg di daerahnya. Sebab para Caleg tersebut akan berpikir bagaiamana cara mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan saat Pileg. Ditambah lagi ada juga Caleg incumbent yang menjadikan Bansos sebagai senjata untuk mengikat masyarakat memilihnya. “Memang Bansos tersebut untuk masyarakat dan wajib Caleg incumbent memberikan kembali kepada masyarakat. Tetapi ketika memberikan Bansos tersebut apakah para Caleg tersebut ikhlas, apalagi memberikan Bansos untuk pura. Mudah-mudahan ke depan masyarakat harus bisa menilai dan bisa mengubah sistem, sebab hidup ini bukan untuk sekarang saja,” tandasnya. tra/ama