Connect with us

PARIWISATA

Berdasarkan Pengamatan Ekonomi Bali Makin Terpuruk, Jika Ativitas Pariwisata tidak Dibuka Sampai Akhir Bulan ini

Published

on

Denpasar, JARRAKPOS.com – Akademisi Pariwisata, Dr. I Putu Anom, SE. M.Par., saat dihubungi di Denpasar (7/7/2020) menegaskan di akhir bulan Maret tahun 2020 sejak merebaknya pandemi Covid-19 yang melanda hampir semua negara di dunia membuat pergerakan wisatawan semakin menurun drastis. Bahkan hingga membuat kunjungan wisatawan terhenti dan aktivitas pariwisata sampai ke titik nadir. “Akibat pembatasan aktivitas masyarakat termasuk pembatasan penerbangan dan pergerakan semua jenis transportasi. Berlanjut dengan penutupan aktivitas pariwisata di Bali,” katanya. Padahal sebelumnya, Bali sebagai DTW (Daerah Tujuan Wisata) Utama di Indonesia setiap tahunnya mendapat kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) maupun Wisatawan Nusantara (Wisnus) yang terus mengalami peningkatan.

1th-ik#7/7/2020

Dikatakan sejak tahun 2019 kunjungan Wisman ke Bali sekitar 6,3 juta orang. Peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali tentunya memberikan manfaat ekonomi bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten/Kota di Bali utamanya bagi Kabupaten Badung. Bahkan kabupetan terkaya di Bali ini memiliki PAD lebih banyak dari PHR (Pajak Hotel dan Restauran). Terjadinya peningkatan pendapatan para pengusaha pariwisata serta pendapatan masyarakat secara umum. Dinikmati juga secara langsung oleh para karyawan yang bekerja di industri pariwisata dan secara tidak langsung oleh sektor pendukung pariwisata. “Terserapnya produk hasil pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan oleh industri pariwisata khususnya hotel dan restauran hingga rumah makan. Hingga hasil kerajinan banyak dibeli wisatawan sebagai cendera mata,” ujarnya.

Namun sayangnya saat ini, akibat penutupan sektor pariwisata sebagai motor penggerak utama perekonomian tentunya memberikan dampak kemerosotan ekonomi dari triwulan pertama hingga triwulan kedua hingga pertumbuhan ekonomi Bali negatif. Berhentinya aktivitas pariwisata Bali tentunya berdampak pada kesulitan pebisnis sektor tersebut untuk membiayai maintenance atau perawatan fasilitas perusahaan, kesulitan membayar cicilan hutang, memberikan gaji karyawan sehingga banyak karyawan yang dirumahkan dan bahkan banyak karyawan yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). “Berdasarkan pengamatan jika aktivitas pariwisata tidak dibuka atau industri pariwisata tidak beroperasi sampai akhir bulan tahun ini tentu besar kemungkinan ekonomi Bali semakin terpuruk dan besar kemungkinan akan sulit membangkitkan industri pariwisata,” tandasnya.

1bl-bn#1/4/2020

Menyikapi masalah tersebut Pemerintah Provinsi Bali menuju era new normal harus secara bertahap dan selektif membuka aktivitas pariwisata dengan tetap wajib mengikuti protokol kesehatan sesuai standar WHO (World Health Organization). Mulai awal bulan Juli 2020 akan dibuka aktivitas pariwisata untuk kunjungan masyarakat lokal, bulan Agustus akan mulai dibuka untuk wisatawan Nusantara (domestik) dan mulai bulan September akan dibuka untuk wisatawan asing atau Wisman. “Semua masyarakat Bali berharap semoga secepatnya aktivitas pariwisata secara bertahap bisa kembali normal sehingga ekonomi bisa tumbuh dan berkembang secepatnya,” beber mantan Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana itu. eja/ama

Continue Reading
Advertisement