Connect with us

PARIWISATA

Bali Tolak Disulap Jadi Pariwisata Ramah Wisman Muslim

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Menyikapi statemen Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Whisnutama Kusubandio yang mengatakan Bali dan Toba akan disulap jadi pariwisata ramah wisman muslim beberapa waktu lalu, menuai penolakan dan berbagai kecaman. Bahkan Pelaku dan Praktisi Pariwisata Bali, I Made Ramia Adnyana, SE.MM.CHA berniat untuk melakukan dialog bagaimana menciptakan pembangunan pariwisata Bali kedepan bukan berpatokan hanya pada religius saja. Ramia menjelaskan, ketika nanti ada event Tourism Outlook 2020 pihaknya akan mengundang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk membuka acara dan sekaligus ingin bersilaturahmi dan berdialog dengan stakeholder pariwisata di Bali. Sejatinya di Bali sendiri masyarakatnya dari dulu terkenal akan keramah tamahannya, ditambah lagi adat budaya yang unik sehingga bisa mendatangkan wisatawan baik asing maupun domestik. “Kami ingin mendengar strategi beliau terkait pariwisata ramah wisman muslim, apakah bagian dari pembangunan kepariwisataan di Indonesia dan Bali 5 tahun kedepan,” jelasnya saat dihubungi, Senin (11/11).

1bn#Ik-9/11/2019

General Manager Hotel Sovereign Bali ini, melanjutkan pada dasarnya Pariwisata Bali yang bertaraf internasional sudah bisa menyumbangkan devisa yang cukup besar dibandingkan dengan propinsi lain. Artinya, tanpa adanya pariwisata ramah wisman muslim di Bali, sudah bisa menyumbangkan devisa dengan nilai yang cukup tinggi sebab SDM di Bali toleransi cukup tinggi, bisa menerima tamu dari kalangan yang berbeda agama serta tidak memandang suku maupun ras. “Seharus Bali dengan penyumbang devisa yang cukup besar, mendapatkan kontribusi yang menyimbang 40% dari target secara nasional. Lalu apa kontribusi balik dari pemerintah pusat melalui Kemenparekrap untuk pengembangan dan menjaga agar kontribusi tersebut bisa sustainable dan tumbuh sehingga memberi impact secara nyata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali melalui pariwisata,” tegas Ramia.

Baca juga : Soal Keramahan Wisatawan Muslim di Bali, Sudirta Minta Wisnuthama Belajar Obyektif dan Representatif

Lanjutnya Ramia, dengan adanya statemen Menteri Pariwisata yang mengatakan, akan menjadikan Bali pariwisata ramah wisman muslim dinilainya mengandung unsur sara yang bisa memecah belah masyarakat Bali, sebab di Bali penduduknya berbagai agama tinggal berdampingan bahkan rumah tempat ibadah baik itu Muslim, Budha, Kristen, Hindu semuanya ada di Bali. Jadi untuk menjaga keamanan pariwisata di Bali, istilah pariwisata ramah wisman muslim sangat tidak perlu hanya membuang anggaran saja. “Menurut saya akan adanya pariwisata ramah wisman muslim sangat sensitif sekali progam Menteri Pariwisata tersebut, lebih baik anggaranya digunakan ke pos – pos yang tepat,” tutup Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) itu. tra/ama

Advertisement