Connect with us

NEWS

Bali Minim Dokter Hewan, Turut Picu Kematian Babi Makin Meroket

Published

on


Denpasar, JARRAKPOS.com – Minimnya tenaga dokter hewan (drh) di Bali, seperti yang terjadi salah satunya di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Bali menjadi salah satu penyebab lemahnya upaya otoritas veteriner di peternak. Meroketnya ternak babi mati akibat flu babi Afrika atau African Swine Flu (ASF) seharusnya bisa ditekan bila didukung tenaga yang benar-benar ada pada fungsi kesehatan hewan dalam sebuah wadah kelembagaan di DPKP baik provinsi maupun kabupten/kota se-Bali.

6bl-ik#9/3/2020

Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan, Dirjen PKH, Kementerian Pertanian, Prof. DR. drh. I Ketut Puja M.Kes., mengatakan, pendampingan yang minim dari pihak yang memiliki kewenangan pada fungsi kesehatan hewan atau otoritas veteriner inilah yang membuat banyak masyarakat membuang bangkai babi ke sungai selain karena aksi spontan juga karena kurangnya edukasi dari otoritas (dinas).

“Dokter hewan itu banyak tapi penempatan mereka tidak pada fungsi kesehatan hewan pada bidangnya. Tenaga di bidang kesehatan itu memang kurang, karena ada dokter hewan yang ditempatkan di bidang-bidang lain. Kendati praktisi sudah merata di kota dan desa namun harus ada dokter hewan yang ada di kelembagaan kesehatan hewan,” jelas pria yang juga dosen di FKH Udayana itu.

3bl-ik#4/2/2020

Menurutnya dengan jumlah kecamatan di Bali sebanyak 57, idelanya ada dua tenaga dokter hewan yang ditugaskan untuk melakukan pendampingan di masyarakat. Namun saat ini justru ada ASN yang memiliki gelar dokter hewan justru bertugas atau ditugaskan di tempat atau instansi lain diluar DPKT. “Masing-masing kecamatan ada dua minimal. Idealnya 114 sampai 200 dokter hewan,” jelasnya.

Mengenai kematian babi yang masih tinggi, dosen yang juga Ketua PDHI (Perhimpunan Dokter hewan Indonesia) Cabang Bali ini menambahkan, upaya menekan angka kematian babi harus yerus dilakukan. Utamanya dalam mewujudkan bio scurity, dengan melakukan penyemprotan disinfektan tidak saja dilakukan pada kandang namun juga pada pergerakan orang, barang dan hewan termasuk mencegah masuknya salah satu jenis serangga yang bisa menbawa ASF. Selanjutnya memastikan babi mati tidak dibuang ke sungai namun dikubur. eja/ama

Advertisement