Connect with us

NEWS

Sampradaya Tidak Perlu Diributkan, Fokuskan Pada Aksi Kemanusian Bencana Gempa dan Pandemi

Published

on

Badung, JARRAKPOS.com – Adanya polemik  pemahaman Sampradaya di Bali, bahkan sampai berbuntut penutupan ashram dan yang terakhir berujung panas hingga terjadi pemukulan penganutnya di Sri-Sri Radha, Rasesvara Ashram yang beralamat Jalan Tanah Putih, Gang Tanah Ayu, Blumbungan, Sibang Gede, Abiansemal beberapa pekan lalu. Menyikapi hal tersebut, Mantan Anggota Dewan Badung pada periode 2004, I Gusti Agung Maruti menjelaskan sesungguhnya Sampradaya ISKCON sendiri tidak pernah menciptakan polemik di Bali dilihat dari penganutnya yang mewajibkan harus vegetarian, beribadah yang teratur.

Bahkan jika ada orang yang menuding Sampradaya adalah biang kerok kekisruhan di Bali, orang tersebut harus berpikir ulang kembali, yang jelas dari ajaran Sampradaya sendiri tujuannya adalah Moksa (membebaskan atau kebebasan dari samsara pada siklus hidup dan mati. Red). Untuk itulah pihaknya memperdalam ajaran Hindu untuk mencapai Moksa pada Sampradaya. “Sampradaya itu sejatinya mengajarkan umatnya mencapai Moksa, maka dari itulah saya ikut Sampradaya karena saya ingin mencapai Moksa, itulah keyakinan saya hingga seribu persen,” ungkapnya Senin (25/10/2021).

Lebih lanjut Agung Maruti yang juga menjadi penglingsir PSNKK (Pesemotonan Srhi Nararya Kreshna Kepakisan) menjelaskan kaitan Sampradaya dengan Dresta Bali, pada dasarnya orang Sampradaya merupakan sembilan puluh persen orang Bali yang melakoni Dresta Bali. Artinya tuduhan adanya Sampradaya menghilangkan adat budaya Bali itu tidak benar, dan pihaknya berani menjamin kalau Sampradaya tidak akan menghilangkan adat istiadat di Bali, bahkan pihaknya pun tidak segan-segan untuk berdiskusi damai dari sisi mana Sampradaya menghilangkan adat Bali.

“Ayuk kita duduk bersama untuk bisa saya jelaskan kalau Sampradaya dibilang menghilangkan Dresta Bali, dimananya yang hilang? Kalau ada yang hilang biar Sampradaya yang mencarinya,” paparnya

Advertisement

Lanjutnya Agung Maruti mengatakan, sejatinya Sampradaya adalah pengetahuan Weda yang mempelajari Moksa, jadi orang Samprada adalah penganut agama Hindu yang menjalankan Dresta Bali, sehingga untuk bisa lebih memahami ajaran Weda untuk mencapai moksa dibuatlah ashram sebagai wadah tambahan pengetahuan tentang Weda untuk dirinya sendiri dalam mencapai Moksa, sebab tujuan agama Hindu sendiri adalah Moksa.

“Untuk itulah saya aktif di ashram untuk mendapatkan suatu tambahan pengetahuan Weda dengan komunitas yang khusus yang berlaku vegetarian,” tambahnya.

Agung Maruti yang akrab disapa Jik Long, mengungkapkan adanya kisruh yang berbuntut penutup asrham bahkan hingga terjadi adanya pemukulan, hal itu dikarenakan kurangnya pengetahuan dari beberapa oknum saja. Seharusnya oknum tersebut bila ingin mengetahui ashram lebih dalam bisa mengikuti lebih kedalam dengan mengikuti beberapa aturan dengan rendah diri, serta berserah diri kepada Yang Maha Esa serta mengikuti aturan ashram yang berlaku, pihaknya meyakini pasti tidak lagi polemik yang berkepanjangan.

“Saya yakin oknum tersebut kurang pengetahuannya, kalau saja oknum tersebut mengetahui pelajaran yang didapat di ashram saya yakin Bali akan Santi, dan saya pasti menjaminya akan ada kedamaian,” ujarnya.

Advertisement

Sementara itu, Ketua ISKCON Indonesia Wayan Sudiara menambahkan, perlu memberi penjelasan terkait peristiwa demo terhadap sampradaya. Ia bahkan menyesalkan aksi yang dinilai kurang tepat di saat sedang Covid-19 ada bencana alam di Bali dan tengah persiapan Mahasaba PHDI. Ia mempertanyakan adanya pendapat kehadiran sampradaya menyebabkan hilangnya dresta.

“Kalau betul ada yang hilang silakan lapor dan kami siap bertanggung jawab,” ujarnya.

Dirinya merasa prihatin terhadap aksi demo dari Aliansi Hindu Nusantara yang menyampaikan aspirasi gerakan menolak Sampradaya Asing tersebut sebagai bagian Hindu Bali/Nusantara. Mengingat, Bali sebagai daerah pariwisata memerlukan kedamaian sehingga wisatawan berkenan datang ke Bali.

Belum lagi Bali sedang berduka karena korban gempa bumi yang terjadi pada Hari Sabtu (16/10). Sebaiknya energi difokuskan untuk mendukung keluarga korban agar bisa bangkit kembali. Serta mendukung program pemulihan kesehatan dari pandemi Covid-19 dan membangkitkan ekonomi Bali.

Advertisement

Sedangkan tokoh lainnya yang juga anggota sampradaya Pendiri dan Pemilik Museum Ogoh Ogoh Mengwi The Ogoh Ogoh Bali mengatakan dalam sampradaya ini adat dan budaya (dresta) tetap dijalankan.

Dicontohkan kalau sesajen harus memakai “caru” tetap dijalankan. “Yang tidak makan daging itu kami (orang), sedangkan tata upacara tetap mengikuti dresta,” ujarnya. tra/JP

Continue Reading
Advertisement DPRD KOTA PADANGSIDIMPUAN
Click to comment

Warning: Undefined variable $user_ID in /home/jarrakpos/public_html/wp-content/themes/zox-news/comments.php on line 49

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply